Gambar Sampul Antropologi · Bab VIMengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi
Antropologi · Bab VIMengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi
Supyiyanto

22/08/2021 08:16:30

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

169

Tujuan Pembelajaran:

Sesudah kalian aktif mengikuti pokok bahasan dalam bab ini diharpkan kalian dapat memahami

tentang mengkomunikasikan hasil studi hasil Antropologi.

Mengkomunikasikan Hasil

Studi Antropologi

Untuk mempelajari bab ini ingatlah dan pahami

Kata Kunci

di bawah ini.

1.

Komunikasi

3.

Kebenaran

2.

Makalah

4.

Anropologi

Peta konsep berikut memudahkan kalian dalam mempelajari materi pada bab ini.

Mengkomunikasikan

Hasil Studi

Antropologi

ditandai dengan

Menjelaskan

Pengertian Antropologi

Hasil studi Antropologi

Penerapan ilmu Antropologi

Tujuan akhir studi Antropologi

Tipe-tipe studi Antropologi

Cara menemukan kebenaran

Studi Antropologi

Mengkomunikasikan

Antropologi

Makalah

Artikel

Karya

Photo

dengan cara

Bab VI

Bahasa

menggunakan

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

170

Apakah kalian senang mengikuti berita-berita dari berbagai media

massa misalnya surat kabar, radio dan televisi? Tentunya kalian sangat

senang mengikutinya, karena kalian akan mendapatkan pengalaman dan

pengetahuan baru yang sangat bermanfaat bagi kalian. Selain itu kalian

juga dapat belajar bagaimana cara menyampaikan dan

mengkomunikasikan suatu informasi atau hasil penemuan penelitian

kepada orang lain dengan baik dan benar. Coba kalian simak pembahasan

berikut ini yang berkaitan dengan cara mengkomunikasikan hasil studi

antropologi.

Pada abad kedua puluh para ahli antropologi melakukan penelitian

terhadap kelompok suku bangsa kecil di daerah terasing yang tidak

tercemar. Hal ini dilakukan para ahli antropologi ingin menegaskan

tentang ilmu ini akan menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Tetapi

ketika para ahli antropologi memasuki masyarakat terasing, ia kaget

dengan respon orang-orang yang mendiami daerah tersebut. Masyarakat

di daerah tersebut tidak bisa menerima dan memahami apa yang

ditanyakan para ahli antropologi. Akibatnya penelitian antropologi tersebut

menjadi kacau dan hasilnya tidak ada.

Para ahli antropologi akhirnya berpikir ulang untuk melanjutkan

sebuah penelitian. Dengan adanya evaluasi dari penelitian pertama, maka

ditemukan kesalahan pada cara berkomunikasi terhadap masyarakat

tersebut. Dari kasus diatas telah disimpulkan tidak mudah

mengkomunikasikan sebuah hasil penelitian kepada masyarakat. Apalagi

Sumber:

GECC Magezine

Gambar 6.1

Hasil studi antropologi jika dikomunikasikan dengan baik akan

memberikan manfaat bagi masyarakat

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

171

A. Studi Antropologi

1.

Pengertian Studi Antropologi

Coba kalian pahami kembali antropologi itu ilmu yang membahas

tentang apa saja. Kemudian simak dan bandingkan dengan uraian berikut

ini.

Antropologi adalah ilmu tentang manusia. Fase pertama studi

Antropologi sudah ditemukan sebelum tahun 1800, yaitu ditemukan dan

diterbitkanny

a tulisan hasil buah tangan para musafir, pelaut, pendeta,

pegawai agama Nasrani, penerjemah Kitab Injil, dan para pegawai

pemerintah jajahan. Tulisan tersebut berisi pengetahuan mengenai adat-

istiadat, susunan masyarakat, bahasa, ciri-ciri fisik serta beraneka warna

suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania, maupun berbagai suku bangsa Indian,

penduduk pribumi benua Amerikan. Tulisan itu sangat menarik hati orang

Eropa pada masa itu karena adanya perbedaan yang besar antara

kehidupan yang digambarkan dalam tulisan itu dengan kehidupan dan

kebudayaan orang Eropa (Koentjaraningrat, 1999).

Studi Antropologi terus mengalami perkembangan hingga sampai di

fase kedua sekitar pertengahan abad ke-19. Banyak diterbitkan buku-buku

yang ditulis berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Teori Evolusi

Masyarakat menyatakan masyarakat dan kebudayaan manusia telah

berevolusi sangat lambat, yakni selama beberapa ribu tahun, dari tahapan-

tahapan yang rendah dan melalui beberapa tahapan untuk sampai pada

tahapan yang tertinggi. Masyarakat Eropa digambarkan sebagai tahapan

tertinggi dari perkembangan masyarakat secara evolusi. Fase ini juga

ditandai terbitnya buku berisi hasil penelitian mengenai sejarah penyebaran

kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa yang juga masih dianggap

sebagai kelanjutan dari sisa kebudayaan kuno.

penelitian berupa studi antropologi yang mempunyai tingkat kesulitan

mengenai cara pemahaman bahasa, budaya, dan perilaku sosial. Misalnya

kalau kita melakukan penelitian masyarakat di pedalaman Papua kita

harus mampu memahami bahasa yang dianut oleh masyarakat tersebut.

Cara mengkomunikasikan setiap peneliti memang berbeda-beda.

Kadang langsung mudah dipahami oleh masyarakat kadang sebaliknya.

Dengan memahami materi yang ada pada bab ini maka kalian dapat bisa

mengetahui cara mengkomunikasikan studi antropologi kepada

masyarakat secara sistematis, efektif, dan efisien.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

172

Perkembangan studi Antropologi memasuki fase ketiga pada awal

abad ke-20. Antropologi banyak meneliti dan mengkaji kebudayaan suku-

suku bangsa bukan Eropa. Studi Antropologi masa ini memiliki arti penting

bagi bangsa Eropa untuk menghadapi bangsa-bangsa yang mereka jajah.

Pada fase ini, Antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dengan tujuan

mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa

guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian

tentang masyarakat modern yang bersifat kompleks (Koentjaraningrat,

1999).

Pasca tahun 1930, Antropologi mengalami perkembangan fase ke

empat dengan adanya peningkatan ketelitian bahan pengetahuan dan

ketajaman metode-metode ilmiahnya. Ada dua faktor penyebab

perkembangan itu, yaitu kebencian terhadap kolonialisme dan mulai

menghilangnya suku-suku bangsa yang primitif, yang sebelumnya menjadi

bahan kajian Antropologi. Keadaan ini membawa Antropologi

mengalihkan perhatiannya dari suku-suku bangsa non Eropa ke

masyarakat-masyarakat pedesaan di berbagai tempat di dunia.

Dari uraian mengenai perkembangan Antropologi di atas, nyatalah

bahwa materi yang menjadi bahan studi Antropologi diantaranya adalah:

a.

Ethnography

yaitu gambaran

tentang bangsa-bangsa,

melukiskan tentang masyarakat

dan kebudayaan suku-suku

bangsa bukan Eropa beserta

metode-metode yang digunakan

untuk mengumpulkan bahan-

bahan studi tersebut. Ethnogra-

phy berkembang di Eropa Barat.

b.

Ethnology

yaitu ilmu bangsa-

bangsa, yang mempelajari

masalah-masalah yang ber-

hubungan dengan sejarah

perkembangan kebudayaan manusia. Ethnology berkembang di

Amerika Serikat dan Inggris.

c.

Cultural anthropology

yaitu ilmu yang mempelajari peradaban

manusia dengan fokus utama pada kebudayaan.

d.

Phisical Anthropology

adalah bagian dari Antropologi yang

mempelajari sejarah terjadinya keanekaragaman manusia

berdasarkan perbedaan ciri-ciri fisik tubuh manusia.

Sumber:

Majalah Garuda

Gambar 6.2

Manusia dan masyarakat

dengan berbagai perkembangannya

merupakan salah satu kajian dari antropologi

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

173

Masalah-masalah yang menjadi bahan kajian Antropologi, dengan

berkaca kepada Universitas di Amerika Serikat, menurut

Koentjaraningrat

(1999) terdiri dari:

a.

Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya)

dipandang dari segi biologi.

b.

Masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia, dipandang dari

ciri-ciri tubuhnya.

c.

Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai

macam bahasa di seluruh dunia.

d.

Masalah perkembangan, penyebaran dan terjadinya beragam

kebudayaan di dunia.

e.

Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan

masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.

Mengapa dalam perjalanan kehidupan manusia sepanjang masa,

selalu ada saja manusia yang selalu melakukan Studi Antropologi? Jawaban

yang sangat sederhana adalah untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia.

Apa ada jawaban lain? Tentu ada, yaitu untuk menemukan kebenaran

baru yang disebut dengan teori Antropologi baru untuk menggantikan

kebenaran lama dalam bingkai teori Antropologi yang lama. Untuk apa

teori Antropologi baru itu? Jawabannya juga sangat sederhana, yaitu untuk

membuat kehidupan manusia lebih aman, tenteram, sejahtera dan

modern. Tujuan akhir setiap studi Antropologi adalah mempergunakan

hasil studi itu untuk membuat hidup manusia lebih baik dan mudah bila

dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.

Melalui kegiatan studi yang terus menerus, sarana transportasi

manusia mengalami peningkatan baik secara kuantitas dan kualitas.

Hasilnya, sekarang kita bisa bepergian kemana saja dalam waktu yang

relatif singkat, hal ini tidak mungkin dapat dilakukan pada lima ratus tahun

yang lalu. Melalui kegiatan studi yang terus menerus, sarana komunikasi

manusia mengalami peningkatan yang pesat, baik secara kuantitas

maupun kualitas. Hasilnya, sekarang manusia dapat berbicara dengan

sesamanya dimanapun berada melalu telepon. Hidup memang menjadi

sangat mudah dan menyenangkan.

Lihat, amati dan tuliskan.Lihat dan amatilah peristiwa-peristiwa sosial

yang terjadi dilingkunganmu! Adakah Anda temukan orang yang berani

menyatakan kebenaran tetapi malah mendapat perlakuan yang tidak

semestinya dari masyarakat?

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

174

2.

Hasil Studi Antropolog

a.

Teori

Hasil Studi

Antropologi adalah teori-

teori dalam Antropologi.

“Itukan teori”,

ucapan ini sering sekali terdengar dalam

pergaulan sehari-hari, untuk menegaskan

bahwa teori berbeda dengan kenyataan.

Benarkah demikian? Jawabannya adalah

tidak. Teori tidak bertentangan dengan teori.

Teori bertujuan menjelaskan kenyataan

yang sudah ada. Dalam kehidupan sehari-

harinya, manusia sering berteori. Saat

berteori, manusia selalu menjawab

pertanyaan dari apa hingga bagaimana dan

mengapa. Untuk menjawab pertanyaan itu, manusia selalu berusaha

berangkat dari asumsi atau hipotesa yang berasal dari kenyataan. Jadi

berteori adalah merupakan aktivitas mental untuk mengembangkan ide

yang dapat menerangkan mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi.

b.

Teori Antropologi

Teori Antropologi terdiri dari dua kata, yaitu teori dan Antropologi.

Pengertian teori sudah kita pahami. Apa yang dimaksud dengan

Antropologi? Antropologi diartikan sebagai fakta-fakta mengenai

kehidupan manusia dari dari jaman dahulu sampai sekarang. Teori

Antropologi berarti sekumpulan konsep,

definisi dan proposisi yang saling

kait mengkait yang menghadirkan suatu tinjauan secara sistematis atas

fenomena kehidupan manusia dari waktu ke waktu dengan menunjukkan

secara spesifik hubungan-hubungan diantara variabel-variabel yang terkait

dalam fenomena budaya, dengan tujuan memberikan deskripsi, eksplanasi

dan prediksi atas fenomena budaya kehidupan manusia tersebut

.

Teori Antropologi merupakan pencerminan dari fakta peradaban dan

kebudayaan manusia dari waktu ke waktu. Teori Antropologi berusaha

untuk bisa memberikan deskripsi mengenai masalah sejarah asal dan

perkembangan manusia menurut teori evolusi; masalah sejarah terjadinya

berbagai ragam manusia, dipandang dari ciri-ciri tubuhnya; masalah sejarah

asal, perkembangan serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh

dunia; masalah perkembangan, pe nyebaran dan terjadinya beragam

kebudayaan di dunia dan masalah asas-asas kebudayaan manusia dalam

kehidupan masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.

Sumber:

Indonesian heritage

Gambar 6.3

Teori bisa ditemukan

dalam berbagai buku tentang ilmu

pengetahuan

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

175

Teori Antropologi memiliki tiga fungsi, yaitu untuk sistematisasi

pengetahuan budaya manusia; untuk eksplanasi, prediksi dan kontrol

budaya, dan; untuk mengembangkan hipotesa.

1)

Teori Antropologi

berfungsi untuk sistematisasi pengetahuan,

Melalui teori Antropologi, setiap konsep budaya tentang manusia dapat

digunakan untuk kategorisasi dan klasifikasi. Misalnya, individu dapat

dikelompokkan menurut stratifikasi asal usul, suku bangsa, bahasa,

dan kebudayaannya.

2)

Teori Antropologi

berfungsi untuk eksplanasi, prediksi dan kontrol budaya

Teori Antropologi berfungsi untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa

budaya yang telah terjadi (eksplanasi). Teori Antropologi juga berfungsi

untuk menggambarkan peristiwa peradaban dan budaya manusia

dari waktu ke waktu. Prediksi peristiwa budaya memampukan

manusia untuk mengendalikan dan mempengaruhi peristiwa budaya

yang akan terjadi, sehingga sesuai dengan harapan manusia dan tidak

menimbulkan kerugian pada manusia. Menpengaruhi. Menguasai,

mengawasi dan mengendalikan kejadian-kejadian budaya

mengantarkan fungsi teori Antropologi sebagai kontrol sosial.

3)

Teori Antropologi

berfungsi untuk mengembangkan hipotesa

Teori Antropologi adalah dasar berpijak dalam membuat hipotesa

dalam penelitian Antropologi. Tanpa teori sangat tidak mungkin untuk

membuat hipotesis. Melalui suatu penelitian, peneliti mengembangkan

hipotesis untuk mempertanyakan kebenaran teori Antropologi

dimaksud. Bila hasil penelitian menunjukkan bahwa teori Antropologi

yang dihipotesikan itu cocok maka teori budaya yang bersangkutan

dikokohkan kebenarannya, bila tidak cocok maka akan diganti

dengan teori Antropologi baru yang lebih benar.

c.

Contoh Teori Antropologi

Teori sosial budaya adalah teori tentang fakta sosial. Untuk melengkapi

penjelasan mengenai teori sosial, perlu kira memberi contoh-contoh dari

teori sosial budaya di maksud. Menurut Zamroni ada teori yang

membicarakan persoalan persitiwa budaya dalam kehidupan manusia,

yaitu :

1)

Teori Evolusi Kebudayaan

Latar belakang teori evolusi kebudayaan adalah fakta budaya yang

menunjukkan keanekaragaman yang meliputi budaya, bahasa, ciri-ciri

fisik, dan tingkat kemajuan peradabannya. Salah satu isi teori evolusi

kebudayaan adalah teori yang menyatakan bahwa manusia telah

berkembang secara universal dengan lambat (evolusi) dari tahapan awal

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

176

(kehidupan manusia yang primitf) ke tahapan berikutnya menuju tahapan

akhir dari suatu evolusi, dimana kehidupan manusia semakin rumit dan

kompleks. Setiap masyarakat manusia di muka bumi pasti mengalami

evolusi sosial itu dengan kecepatan yang berbeda sesuai dengan

kemampuannya. Kecepatan setiap perubahan tidaklah sama untuk setiap

masyarakat, ada yang cepat dan ada yang lambat. Itulah sebabnya sampai

saat ini masih ditemukan masyarakat yang hidup dalam bentuk-bentuk

kebudayaan yang sangat sederhana dan primitif. Hal ini menunjukkan

bahwa mereka mengalami perubahan yang sangat lambat. Kita juga

menemukan masyarakat yang hidup dalam bentuk kebudayaan yang

sudah sangat maju, rumit dan kompleks. Hal itu menunjukkan bahwa

mereka mengalami kemajuan yang sangat cepat. Tetapi pada akhirnya

setiap masyarakat di muka bumi akan mencapai tahapan tertinggi dari

suatu proses evolusi kebudayaan.

2)

Teori Difusi Kebudayaan

Latar belakang teori difusi kebudayaan adalah ditemukannya

kesamaan unsur-unsur kebudayaan di berbagai tempat di muka bumi.

Kemiripan bahasa di temukan pada berbagai bahasa yang ada di Indonesia

dan di dunia. Kemiripan teknologi juga ditemukan pada berbagai suku

bangsa di dunia, begitu juga halnya dengan unsur-unsur universal lainnya

dari kebudayaan. Sebagai contoh suatu kapal bercadik ditemukan pada

masyarakat A dan masyarakat B yang berjauhan jaraknya. Bagaimana

kita menjelaskannya? Menurut teori difusi kebudayaan menyatakan

kesamaan tekhnologi dalam hal ini kepandaian membuat kapal bercadik

pada dua masyarakat yang berjauhan jaraknya karena pada masa lampau

telah terjadi penyebaran kebudayaan dari suatu masyarakat ke masyarakat

lainnya.

Perhatikanlah kebudayaan masyarakat yang meliputi tujuh

unsur kebudayaan universal. Cari dan temukan kebudayaan

masyarakat lain yang sama atau memiliki kemiripan dengan

kebudayaan masyarakat kalian? Cobalah cari dan temukan sebab-

sebab kesamaan itu menurut teori difusi kebudayaan. Tunjukkan

bukti-buktinya!

Coba kalian berikan paparannya dan pembuktiannya?

Analogi Budaya:

“Coba tumbuhkan rasa ingin tahu dan orientasi kecakapan pada diri kalian”

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

177

3)

Teori Fungsional

Isi teori fungsional mengutarakan perubahan sebagai sesuatu yang

terjadi secara konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan

dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan

itu akan berhenti pada saat perubahan tersebut telah diintegrasikan ke

dalam kebudayaan. Perubahan yang ternyata bermanfaat (fungsional)

diterima masyarakat, dan perubahan lain yang terbukti tidak bermanfaat

(disfungsional) ditolak masyarakat.

4)

Teori Akulturasi

Akulturasi adalah konsep yang merujuk pada proses perubahan

budaya yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu

kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan

asing sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke

dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian

kebudayaan itu. Akulturasi sudah sejak jaman dulu kala, tetapi mulai

sangat gencar terjadi pada abad ke – 15 saat kebudayaan bangsa-bangsa

Transaksi sosial selalu didasari oleh pertukaran materi, jasa dan

perasaan yang pada akhirnya melahirkan lembaga-lembaga

masyarakat. Keberadaan lembaga-lembaga masyarakat pada

akhirnya mengatur pertukaran yang terjadi dalam hubungan sosial.

Contoh-contohnya adalah: Seorang dermawan memberikan secara

berkala sumbangan dalam jumlah besar pada suatu yayasan amal,

dan yayasan amal penerima sumbangan secara berkala pula

menyatakan terima kasihnya secara terbuka di muka umum. Namun

sumbangan dihentikan tatkala dermawan merasa bahwa pengurusan

yayasan kurang memperlihatkan terima kasih. Seorang siswa

senantiasa tekun dan rajin belajar karena orang tuanya selalu memuji

prestasi belajarnya. Sedangkan seorang siswa lainnya selalu merasa

enggan untuk belajar karena terus menerus dikritik. Pelanggaran

lalu lintas berkurang manakala kebanyakan pelanggar dapat segera

ditahan, diadili dan dijatuhi hukuman denda tinggi atau kurungan.

Sebaliknya pelanggaran lalu lintas meningkat manakala kebanyakan

pelanggar lolos begitu saja tanpa diproses oleh aparat penegak

hukum. Demikianlah konsep teori fungsional di masyarakat

Wahana Antropologi

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

178

Eropa Barat mulai menyebar ke berbagai wilayah di dunia. Abad ke 19

akulturasi berlangsung dengan cepat, dan mencapai puncaknya pada abad

ke 20, yang dibungkus dengan istilah modernisasi.

Agents of acculturation

yaitu orang-orang yang membawa unsur

kebudayaan asing ke dalam suatu kebudayaan mempunyai peranan

penting dalam proses akulturasi.

Agents of acculturation

diantaranya dapat

berupa:

a)

Seorang pedagang yang membawa unsur kebudayaan berupa

berbagai jenis barang, cara berdagang, dan sebagainya.

b) Seorang penyiar agama yang membawa berbagai unsur dari

agamanya, penyuluhan kesehatan, pendidikan sekolah, dan

sebagainya.

c)

Pegawai pemerintahan jajahan yang membawa berbagai atribut

pemerintahan dan cara hidup yang berbeda.

Dan sebagainya.

Reaksi dari orang-orang yang terkena pengaruh unsur-unsur

kebudayaan asing pada umumnya melahirkan berbagai tipe manusia.

Yaitu:

a)

Orang yang berwatak kolot yakni orang yang tidak menyukai dan

sangat mudah menolak hal-hal yang baru.

b)

Orang yang berwatak progresif yakni orang yang mudah menerima

hal-hal baru.

Sikap tolak-terima antara orang yang berwatak kolot dan progresif

dapat melahirkan berbagai gejolak sosial. Salah satu wujud penolakan

terhadap pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing dan pergeseran sosial

budaya yang diakibatkannya di Indonesia adalah tumbuhnya berbagai

gerakan kebatinan. Melalui gerakan, mereka berharap dan bermimpi

kembalinya suatu jaman bahagia.

Coba perhatikan gambar di samping

kemudian temukan budayanya yang

berbeda dengan budaya masyarakat

kalian! Adakah budayanya mempengaruhi

budaya masyarakat kalian? Atau budaya

masyarakat kalian mempengaruhi

budayanya? Atau akibat pertemuan kedua

budaya itu malah timbul budaya baru?

Sumber:

Bali Guide

Investigasi Budaya:

“Ayo kembangkan wawasan kebhinekaan kalian!”

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

179

3.

Penerapan Teori Antropologi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sangat akrab dengan

tekhnologi. T

ehknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan. Penemuan

listrik melahirkan tekhnologi listrik yang sekarang hadir hampir di setiap

rumah. Penemuan hukum paskal melahirkan tekhnologi pompa air, yang

pada tahun 1980 sangat akrab dengan kehidupan warga Jakarta. Dan

masih banyak lagi. Tekhnologi adalah penerapan dari ilmu pengetahuan

untuk membuat hidup manusia lebih baik dan mudah.

Penemuan-penemuan dalam kehidupan budaya melahirkan teori-teori

Antropologi yang melahirkan tekhnologi budaya. Menurut teori orang

Indonesia adalah orang yang dominan pada kedudukannya sebagai

makhluk sosial, sering mengadakan pertemuan dan suka bertamu. Teori

sosial budaya ini diterapkan dalam bentuk bangunan rumah di Indonesia,

yaitu besar dengan ruang utama yang luas yang berfungsi sebagai tempat

pertemuan. Perhatikan rumah Joglo di Jogjakarta, rumah Gadang di

Minangkabau dan rumah-rumah adat lainnya.

Menurut hasil penelitian masyarakat adat Indonesia adalah

masyarakat yang bersifat religius magis, kongkrit dan kontan. Teori ini

dimanfaat para pembuat sinetron dengan menghasilkan sinetron-sinetron

yang bernuansa religius magis, nyatanya sinetron-sinetron yang bernuansa

religius magis mendapat sambutan yang baik di masyarakat. Secara teori

sangat mudah mengumpulkan dan meminta masyarakat Indonesia, sesuai

dengan sifatnya yang bersifat kongkrit dan tunai, orang Indonesia akan

segera datang berkumpul apabila perkumpulan itu akan mendatangkan

keuntungan yang bersifat kongkrit dan tunai. Hal inilah yang

menyebabkan kuis-kuis ditelevisi sangat laku, partisipasi masyarakat untuk

berpartisipasi dalam kontes-kontes, baik secara langsung maupun tidak

langsung sangat tinggi karena ada harapan untuk memperoleh hadiah

yang bersifat kongkrit dan tunai. Masih banyak contoh lainnya.

Menurut teori manusia Indonesia adalah orang yang memiliki

integritas yang tinggi kepada kampung halamannya. Sesukses apapun

manusia Indonesia diperantauan, ia tidak akan pernah lupa akan

kampung halamannya. Akibatnya muncul kebiasaan mudik, yaitu acara

pulang kampung pada saat hari-hari besar atau saat ada perayaan-

perayaan khusus di kampung. Fenomena ini dimanfaatkan pemerintah

dan pengusaha. Saat-saat mudik adalah waktu yang tempat bagi

pemerintah daerah untuk mengintensifkan penarikan pajak dan mengajak

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

180

para perantau untuk berinvestasi di daerahnya. Saat-saat mudik adalah

waktu yang tepat bagi pengusaha untuk mengeruk keuntungan dengan

menawarkan berbagai paket perjalanan wisata yang menarik, membuka

restauran dan rumah makan, serta menawarkan berbagai produk yang

memudahkan perjalanan mudik.

Bagaimana menerapkan teori fungsional, evolusi, akulturasi, dan teori

difusi kebudayaan dalam kehidupan bersama manusia? Teori-teori itu

berusaha memberi penjelasan tentang keanekaraman manusia dalam

berbagai aspek, hal ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap saling

mengenal, memahami dan menerima keunikan setiap pribadi sehingga

manusia itu dapat hidup berdampingan secara damai.

4.

Tujuan Akhir Studi Antropologi

Manusia adalah makhluk Tuhan yang istimewa dan yang diberi sifat

serba ingin tahu,

man is curious animal.

Manusia selalu menggunakan akal

pikirannya untuk memuaskan rasa ingin tahunya dengan cara menganalisis

semua peristiwa dalam kesadarannya yang melahirkan pengetahuan.

Dengan menggunakan kemampuan untuk menalar

, manusia secara terus

menerus mengembangkan pengetahuan. Sejarah peradaban manusia

menunjukkan adanya usaha yang tidak mengenal lelah menuju kepada

tingkat perkembangan pengetahuan yang telah dicapai pada saat

ini.

Pendorong manusia dapat mencapai

tingkat pengetahuan saat ini adalah rasa

ingin tahu dan daya nalar yang dimiliki

oleh setiap orang. Hasrat dan daya inilah

yang menyebabkan orang bertanya-

tanya di dalam hati, apakah yang

menyebabakan terjadinya stratifikasi

sosial? apa itu kerumunan? Mengapa

terjadi mobilitas sosial? apa saja yang

menyebabkan perkembangan

penduduk? Bagaimana pengaruh

perkembangan penduduk dengan

kesejahteraan sosial, dan masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan.

Melalui rasa ingin tahu dan daya nalarnya, manusia merupakan satu-

satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-

sungguh. Tujuan manusia mengembangkan pengetahuan adalah untuk

memenuhi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Manusia tidak henti-

Sumber:

Ensiklopedi Umum untuk Pelajar

Gambar 6.4

Keserasian adat istiadat

menjadi tujuan akhir studi antropologi

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

181

hentinya memikirkan hal-hal baru, memasuki dimensi-dimensi baru untuk

memuaskan rasa ingin tahu dan memenuhi kebutuhan kelangsungan

hidupnya. Perkembangan pengetahuan yang demikian pesat membuat

manusia semakin dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabatnya

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang berpikir (

anima

intelectiva

), yang dilengkapi pula dengan kemampuan merasakan,

bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber pada

pengetahuan yang didapatkannya lewat kegiatan merasa atau berpikir.

Penalaran merupakan kegiatan budi sebagai jalan mencapai pengetahuan

dari pengetahuan yang satu kepada yang lain dengan perantaraan

pengetahuan penghubung. Penalaran merupakan suatu proses berpikir

dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran

menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir

manusia, bukan merasakan. Pengetahuan yang sudah sangat dipelukan

sebagai dasar untuk mengembangkan pengetahuan itu sendiri melalui olah

pikir dan daya nalar.

Penalaran merupakan suatu aktivitas berpikir yang penting artinya

untuk pengetahuan. Berpikir adalah suatu kegiatan untuk menemukan

pengetahuan yang benar. Sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran

mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:

a.

Adanya suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika. Tiap

bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri. Penalaran

merupakan proses berpikir logis, yaitu kegiatan berpikir menurut

suatu pola tertentu. Berpikir logis memiliki konotasi jamak. Suatu

kegiatan berpikir dapat disebut logis apabila dipandang dari suatu

logika tertentu, tetapi dapat juga tidak logis apabila dipandang dari

aspek logika lainnya. Pada akhirnya yang muncul adalah kebenaran

yang bersifat relatif.

b.

Sifat analitis dari proses berpikirnya. Penalaran merupakan suatu

kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan

kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah

logika penalaran yang bersangkutan. Penalaran ilmiah merupakan

suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah. Setiap

penalaran memiliki sifat analitis. Sifat analitis merupakan konsekuensi

dari adanya suatu pola berpikir tertentu, tanpa adanya pola berpikir

tertentu maka tidak akan ada kegiatan analisis. Analisis pada dasarnya

merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah

tertentu.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

182

Tujuan akhir studi Antropologi adalah menemukan kebenaran tentang

manusia, tentang peradaban dan kebudayaanya. Kebenaran sebagai hasil

studi Antropologi diharapkan dapat digunakan untuk mewujudkan

kehidupan manusia yang lebih baik dalam kontek kehidupan

bermasyarakat. Apakah yang dimaksud dengan kebenaran? Apabila kita

bersikap dan bertindak menurut norma-norma masyarakat maka itu

disebut sikap dan perbuatan benar. Menjalankan peribadatan agama

adalah perbuatan benar. Bersikap hormat kepada orang tua adalah

perbuatan benar. Bila kita berkata jujur sesuai dengan fakta, maka itu

adalah juga suatu kebenaran, dalam hal ini kebenaran sama dengan

kejujuran. Ada banyak kebenaran, oleh karena itu menentukan tolak ukur

kebenaran bukan merupakan suatu persoalan yang sederhana.

Sejarah peradaban manusia menunjukkan tahapan-tahapan manusia

dalam mencari kebenaran. Pada mulanya manusia mencari kebenaran

melalui kepercayaannya. Contohnya adalah: gempa bumi disebabkan oleh

karena sapi yang memikul bumi sedang marah; kalau ada wabah penyakit

maka Nyai Roro Kidul di Pantai Selatan Pulau Jawa harus diberi sesajen

atau penghormatan; keris tidak boleh dihunus separuh-separuh saja karena

akan mendatangkan bahaya; menolak hujan dapat dilakukan dengan

membakar cacing atau melemparkan pakaian dalam ke atas genteng; bila

berada di Pantai Selatan jangan mengunakan pakaian berwarna hijau

karena akan mengundang bahaya bagi keselamatan jiwanya.

Masih banyak contoh kebenaran lainnya yang didasarkan pada

kepercayaan, yang belum tentu kebenarannya menurut akal pikiran

manusia. Kebenaran berdasarkan kepercayaan ini sering disebut dengan

takhayu

l. Gempa bumi disebabkan oleh sapi yang memikul bumi sedang

Sumber:

Indonesia Heritage

Gambar 6.5

Masyarakat primitif selalu mencari kebenaran Tuhannya dengan menggunakan

ritual.

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

183

marah, kebenaran ini bersifat takhayul dan sangat diragukan akan

kebenarannya. Belum pernah ada orang yang melihat kerbau yang

memikul bumi, kerbaunya sebesar apa dan sekuat apa, tidak ada yang

tahu, tetapi orang percaya bahwa itu adalah suatu kebenaran. Orang yang

berada di pantai selatan jangan menggunakan pakaian berwarna hijau,

bila dilanggar akan membahayakan keselamatan jiwanya. Apa hubungan

pantai selatan dengan pakaian berwarna hijau, juga tidak ada yang tahu,

tetapi orang mempercayai bahwa itu adalah suatu kebenaran. Dan begitu

juga dengan contoh takhayul lainnya, tidak bisa diterima oleh akal sehat

tetapi banyak orang mempercayai takhayul itu sebagai suatu kebenaran.

Dalam suatu masa peradaban manusia, tepat pada masa Yunani Kuno

muncul kebenaran yang berdasarkan serba Tuhan. Tuhan itu Maha Kuasa

dan Maha Mengatur. Tuhanlah yang menyebabkan turunya hujan,

kemarau, bencana alam, kelaparan, kebahagian, malapetaka, dan

sebagainya. Bahkan atas kehendak Tuhan juga, seseorang menjadi raja

dari suatu Kerajaan. Sehingga muncullah pernyataan berisi; Raja adalah

wakil Tuhan di bumi, siapa yang membantah raja berarti melawan Tuhan.

Para pemerintah jaman dahulu melegitimasi kekuasaannya berdasarkan

kebenaran serba Tuhan.

Sampai sekarang, kebenaran yang serba Tuhan ini masih dapat kita

rasakan. Di jepang ada suatu keyakinan bahwa kaisar mereka adalah

keturunan Dewa Matahari, sehingga tahta mereka adalah tetap dan bersifat

turun temurun. Bahkan ketika bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi

yang berkepanjangan, banyak orang mengedepankan kebenaran serba

Tuhan ini, dengan mengatakan : “Untuk lepas dari krisis ini, bangsa

Indonesia harus melakukan pertobatan nasional”. Tuhan memberi krisis

ekonomi yang berkepanjangan karena bangsa Indonesia melanggar

perintah Tuhan, sehingga perlu melakukan pertobatan nasional.

Kebenaran serba Tuhan adalah kebenaran yang bersifat mutlak dan

tidak memerlukan penjelasan berupa pembuktian ilmiah. Ketika orang

mengatakan bahwa bangsa Indonesia melakukan pertobatan nasional

untuk mengatasi krisis nasional, maka banyak orang menerima itu sebagai

suatu kebenaran tanpa meminta penjelasan lebih lanjut, apalagi

pembuktian ilmiah. Kebenaran serba Tuhan kita terima sebagai kebenaran

karena keyakinan, bukan karena akal pikiran. Sangat banyak kebenaran

serba Tuhan yang menyatu dalam kehidupan kita sehari-hari misalnya:

hormatilah ayah ibumu, supaya panjang umurmu di tanah yang diberikan

Tuhan padamu; Setiap anak memiliki rejekinya masing-masing, sehingga

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

184

bila banyak maka akan banyak rejeki; Tuhan adalah pencipta langit dan

bumi, beserta isinya; dan masih sangat banyak lagi kebenaran yang serba

Tuhan.

Kebenaran berdasarkan takhayul dan kebenaran serba Tuhan adalah

kebenaran berdasarkan keyakinan. Menjelang akhir abad XVIII, manusia

mulai menemukan kebenaran baru, yaitu kebenaran berdasarkan akal

pikiran. Kebenaran ini terus mengemuka seiring dengan lahirnya cabang-

cabang ilmu pengetahuan. Kebenaran berdasarkan akal pikiran dapat

diterima dengan perjuangan dan pengrobanan yang besar.

Beberapa pelopor kebenaran akal pikiran dapat disebutkan di sini

beserta perjuangan dan pengorbanannya. Galilei, sebagai seorang profesor,

diusir dan dicaci maki akibat kebenaran yang diperolehnya dari percobaan

di menara Pisa. Copernicus menjadi buruan dan dianggap tak ber-Tuhan

ketika ia berhasil menyelidiki dan mengatakan bahwa bumi bergerak

mengelilingi matahari, dan bukan sebaliknya. Edison dituduh memerintah

setan ketika ia memperkenalkan hasil-hasil pembuatan piringan hitam.

Tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Kebenaran tetaplah kebenaran,

pada akhirnya kebenaran berdasarkan akal sehat dapat diterima manusia

saat ini. Penerimaan kebenaran akal pikiran ini diikuti oleh berbagai

penemuan pada bidang kehidupan manusia. Dari penemuan percetakan,

radio, penisilin, anti polio, komputer, internet dan sebagainya. Dengan akal

pikirannya manusia berusaha secara terus menerus mencari dan

menemukan kebenaran. Hasil terjadi peningkatan tekhnologi pada bidang

percetakan, radio, anti polio, dan sebagainya. Komputer 20 tahun yang

lalu sudah berbeda sangat jauh dengan komputer masa kini. Kendaraan

20 tahun yang lalu, berbeda sangat jauh dengan

kendaraan sekarang. Kebenaran akal pikiran

manusia yang terus meningkat itu diterima

manusia dengan baik kesejahteraan dan

kebahagiaan manusia itu sendiri.

Bagaimana sifat kebenaran manusia itu?

Sifat kebenaran manusia itu ternyata bersifat

relatif. Benar menurut takhayul belum tentu

benar menurut kebenaran serba Tuhan, dan

sebaliknya. Benar menurut kebenaran akal

pikiran manusia belum tentu benar menurut

kebenaran takhayul, dan sebaliknya. Sifat

Sumber:

Dok. Penerbit

Gambar 6.6

Penemuan

semacam ini menjadi bentuk

kebenaran di masyarakat.

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

185

kebenaran manusia itu ternyata bersifat sementara. Pada awalnya

dianggap benar bahwa bumi itu adalah suatu dataran yang panjang, tetapi

kebenaran ini dipatahkan dengan kebenaran baru yang menyatakan

bahwa bumi itu bulat, bukan dataran panjang. Pada awalnya dianggap

benar bahwa matahari bergerak mengitari bumi, tetapi kebenaran ini

dipatahkan oleh kebenaran baru yang menyatakan bahwa bumilah yang

bergerak mengelilingi matahari.

5.

Tipe Studi Antropologi

Studi Kualitatif dan Kuantitatif

a.

Studi Kuantitatif

Berdasarkan pendekatan yang dilakukan, studi dapat dikelompokkan

menjadi studi kuantitatif dan kualitatif. Studi kuantitatif adalah studi yang

mementingkan hasil, bukan proses. Hasil studi berwujud laporan dengan

menggunakan lambang dan bilangan. Hasil studi didasarkan pada data

empiris yang diperoleh dari lapangan yang sudah ditata dan direncanakan

sedemikian rupa. Data lapangan masih merupakan informasi atau data

kasar, yang harus diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistik agar

dapat menjawab permasalahan studi. Statistik yang digunakan dapat

berupa persentase, media, mean, simpangan baku dan korelasi. Pada

umumnya data akan ditampakkan dengan menggunakan tabel, grafik,

diagram dan prosedurnya.

Analogi Budaya:

“Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan pada diri kalian!”

1.

Telitilah diri kalian sendiri. Siapa tahu kalian masih memiliki

kepercayaan yang bersifat takhayul. Bila kalian memilikinya,

tuliskan saja kebenaran takhayul beserta alasan mengapa

kalian menganggapnya sebagai suatu kebenaran!

2.

Bagaimana kalian akan menjalani kegiatan takhayul?

3.

Dorongan apa yang menyebabkan kalian percaya takhayul?

4.

Jika kalian tidak percaya pada takhayul jelaskan alasannya!

5.

Telitilah diri kalian sendiri. Kalian pasti memiliki kebenaran

yang serba Tuhan. Bila kalian memilikinya, tuliskan saja

kebenaran beserta alasan mengapa kalian menganggapnya

sebagai suatu kebenaran.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

186

Sebagian orang sangat menyukai jenis studi kuantitatif dengan alasan

hasil penelitian didasarkan pada angka-angka yang pasti, kemudian diolah

dengan menggunakan statistik yang bersifat pasti pula. Studi kuantitatif

sangat cocok untuk menjawab pertanyaan “apa”. Misalnya; apa penyebab

terjadinya persamaan unsur-unsur kebudayaan di dunia? Apa penyebab

manusia memiliki agama, sistem religi, dan unsur kebuidayaan lainnya

Dan sebagainya. Ada beberapa ciri studi kuantitatif, yaitu :

1)

Penelitian kuantitatif pada umumnya bertujuan membuktikan suatu

hipotesis yang dimunculkan secara jelas dengan data empirik.

Penelitian ini akan menguji suatu teori yang mengandung hubungan

antara variabel yang diteliti. Peneliti cenderung menentukan model

dan variabel yang sudah ditetapkan secara terperinci dan relatif pasti.

2)

Penelitian kuantitatif menggunakan penyusunan dan penghitungan

data yang berujud angka-angka.

3)

Penelitian kualitatif menggunakan asisten, angket, atau interviuw yang

berstruktur untuk memperoleh dan mengumpulkan data.

4)

Penelitian kuantitatif menggunakan prosedur bertingkat untuk menilai

data, mengolahnya dengan menggunakan statistik serta memberikan

hasil statistik sebagai jawaban terhadap permasalahan.

5)

Penelitian kualitatif menyajikan data dalam bentuk angka-angka, baik

frekuensi atau teknik penyajian data yang lain.

b.

Studi Kualitatif

Studi kualitatif berusaha

mendekati dan memecahkan

permasalahan yang tidak dapat

dipecahkan oleh studi kuantitatif.

Dibalik keberhasilan studi kuantitif

memecahkan berbagai

permasalahan, masih banyak juga

tersisa persoalan yang tidak

terpecahkan, oleh karena itu

diperlukan studi kualitatif. Sangat

banyak studi Antropologi yang

menggunakan studi kualitatif.

Contohnya; bagaimana proses

adaptasi budaya budaya dari anak yang baru masuk sekolah? Bagaimana

akulturasi budaya terjadi pada setiap masyarakat? Sejauh mana pengaruh

agama dan sistem religi terhadap kebudayaan manusia?

Sumber:

Tempo, 2002

Gambar 6.7

Sistem kekerabatan di

masyarakat bisa diteliti dengan mtode

kualitatif.

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

187

Beberapa hal penting mengenai studi kualitatif antara lain:

1)

Studi kualitatif mempunyai latar belakang alami. Studi akan

menghabiskan banyak waktu di daerah studi untuk mengamati dan

memahami permasalahan secara mendalam. Orang yang melakukan

studi terjun langsung dan tinggal di lapangan agar bisa memahami

konteks yang ada. Perilaku akan lebih mudah dipahami apabila

dilakukan observasi langsung di daerah kejadian.

2)

Studi kualitatif bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih

banyak berupa kata atau gambar daripada data dalam ujud angka-

angka. Laporan yang ditulis sering mengutip data dalam rangka

menunjukkan sesuatu yang dihadapi. Studi kualitatif memiliki asumsi

bahwa dalam studi tidak ada teka teki yang lepas sama sekali dari

konteksnya. Sesuatu hal pasti ada kaitannya dengan hal lainnya kalau

dipelajari secara menyeluruh. Misalnya; Mengapa di malam yang

dingin ada lelaki yang merasa kepanasan? Mengapa dimalam yang

dingin ada orang yang tidur di luar rumah?

3)

Studi kualitatif lebih menekankan proses daripada produk. Biasanya

studi kualitatif menjawab pertanyaan “bagaimana” atau “mengapa”.

Misalnya; Bagaimana sikap anggota masyarakat terhadap

masyarakatnya? Jawaban terhadap pertanyaan itu akan

mempengaruhi perilakunya terhadap masyarakatnya. Pertanyaan

jenis ini menghendaki jawaban yang mengambarkan proses, bukan

hasil.

4)

Studi kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif.

6.

Cara Berpikir Deduktif dan Induktif

a.

Cara Berpikir Induktif

Studi kualitatif pada umumnya menggunakan cara berpikir induktif.

Cara berpikir induktif adalah cara berpikir yang didasar pada data-data

dalam ruang lingkup kecil untuk menghasilkan generalisasi (teori umum).

Cara berpikir induktif adalah cara berpikir dari khusus ke umum, dimana

kejadian, gejala dan fenomena khusus, diteliti dan diolah untuk

menghasilkan teori umum.

Studi kualitatif pada umumnya menggunakan cara berpikir induktif.

Orang yang melakukan studi terjun ke lapangan secara langsung,

mempelajari proses atau penemuan yang terjadi secara alami, mencatat,

menganalisis, menafsirkan, melaporkan dan menarik generalisasi

(kesimpulan) dari proses tersebut. P

ada akhirnya, hasil penelitian tentang

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

188

konsep prinsip dan hukum atau teori dibuat dan dikembangkan dari

lapangan, kemudian berlaku umum, bukan dari teori yang sudah ada.

Sangat banyak studi Antropologi yang menggunakan cara berpikir

induktif.

b.

Cara Berpikir Deduktif

Studi kuantitatif pada umumnya menggunakan cara berpikir

deduktif. Cara berpikir deduktif adalah cara berpikir yang didasarkan pada

teori-teori yang sudah ada dan diakui kebenarannya secara umum. Cara

berpikir deduktif adalah cara berpikir dari umum ke khusus. Teori-teori

yang ada dan diakui kebenarannya secara umum, diuji kembali

kebenarannya dan dikaji serta ditempatkan untuk menilai dan

menganalisis suatu peristiwa khusus.

Studi kuantitatif pada umumnya menggunakan cara berpikir

deduktif. Peneliti tidak perlu terjun ke lapangan secara langsung, cukup

menggunakan angket, interview dan sebagainya untuk memperoleh data.

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis untuk menguji suatu teori, bukan

untuk menghasilkan suatu teori. Berdasarkan langkah itu, peneliti dapat

menilai dan menentukan apakah suatu teori dapat digunakan menganalisis

dan menilai suatu peristiwa atau tidak. Bila tidak maka harus dicari teori

lainnya.

Perhatikan gambar disamping tentang

“upacara selamatan” atau “acara

syukuran”. Coba kalian buat judul

penelitian dari fenomena budaya di

samping dengan menggunakan metode

kualitatif dan kuantitatif!

Investigasi Budaya:

“Ayo kembangkan wawasan kebhinekaan dan orientasi kecakapan pada diri

kalian!”

Sumber:

Indonesian Heritage

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

189

B.

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

1.

Contoh-Contoh Aneh di Sekitar Kita

Ada dua orang bertemu yang berasal dari suku bangsa yang berbeda.

Mereka berdua saling menilai. Y

ang satu berpikir, kok orang ini beda sekali

dengan saya, bicaranya lantang dengan dialek yang tegas dan kuat. Kalau

bicara sangat keras seperti orang marah, bicaranya terus terang dan tidak

peduli pada perasaan orang lain. Dari mana asal orang ini? Yang lainnya

berpikir pula, orang ini kok beda sekali dengan saya, bicaranya pelan dan

lembut hampir tidak terdengar, sangat hati-hati dan setiap kalimat diatur

sedemikian rupa. Dari mana asal orang ini, kok beda dengan saya? Karena

perbedaan keduanya bersikap saling hati-hati, bahkan muncul rasa takut

yang pada akhirnya membuahkan permusuhan. Seandainya mereka

belajar hasil studi Antropologi, khususnya mengenai studi Ethnologi, tentu

mereka akan dapat saling menerima dan bersahabat dengan baik.

Masih banyak orang Indonesia yang masih heran ketika orang melihat

suku Baduy Dalam yang lebih suka berjalan kaki pada masa dimana

begitu tersedia banyak sarana transportasi, akibatnya banyak pandangan

negatif terhadap mereka. Orang juga masih sering heran dan bingung

ketika melihat suku bangsa Asmat menggunakan koteka, pada masa

dimana berbagai masyarakat sudah menggunakan busana. Hal itu akan

bisa dipahami bila kita mempelajari hasil studi Ethnografi yang

berhubungan dengan orang Baduy dan Asmat, yang akan dapat

digunakan untuk mempercepat perkembangan kebudayaan mereka.

Setiap hari salah satu saluran televisi selalu menyiarkan ramalan cuaca.

Adakah kita mempedulikannya. Menurut ramalan cuaca, suatu daerah

akan dilanda hujan yang hebat, tetapi kita tidak mempedulikannya, bila

ada kepentingan, meskipun dapat ditunda, kita tetap pergi ke daerah itu.

Herannya lagi, anak-anak remaja ditengah hujan lebat yang diserta petir

tetap saja asik bermain sepak bola di lapangan. Tidak lama kemudian tersiar

kabar duka cita, seorang anak remaja tewas tersambar petir ketika bermain

sepak bola di lapangan. Mengapa penyesalan selalu datang terlambat?

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

190

Analogi Budaya:

“Mari kembangkan orientasi kecakapan pada diri kalian”

Amatilah masyarakat daerah sekitar tempat tinggal kalian! Mungkin

ada juga peristiwa aneh yang terjadi di sana. Bila kalian temukan,

berilah analisis kalian dengan menggunakan teori yang pernah kalian

pelajari pada bab sebelumnya.

2.

Apa Penyebabnya

Apa penyebabnya masih ada orang yang tidak dapat merendahkan

kebuday

aan suku bangsa lain? Apa sebabnya masih timbul rasa heran,

takut, tidak akrab dan merasa berbeda bila kita bertemu dengan orang-

orang di luar suku bangsa kita? Mengapa terkadang masih sering muncul

sikap anti pati terhadap kebudayaan suku bangsa lain meskipun kita

sesama bangsa Indonesia?

Jawaban yang sebab pertama untuk semua pertanyaan itu adalah

ketidaktahuan terhadap hasil-hasil studi Antropologi. Seandainya setiap

orang Indonesia mengetahui secara umum hasil studi ethnologi Indonesia,

tentu mereka akan mengetahui keragaman budaya sehingga tidak akan

heran ketika bertemu berbagai jenis orang dari berbagai suku bangsa.

Mereka akan dapat saling menerima dan bersahabat dengan mesra.

3.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Bagaimana cara memastikan agar orang tahu hasil penelitian sosial

budaya? Tindakan yang harus dilakukan adalah mengkomunikasikan hasil

studi

Antropologi untuk memastikan bahwa semua orang mengenal

keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Mengkomunikasikan

dilanjutkan dengan Sosialisasi studi Antropologi. Sosialisasi hasil studi

Antropologi diartikan sebagai pros

es penanaman hasil studi Antropologi

kepada masyarakat. Sosialisasi hasil penelitian sosial budaya dapat

dilakukan melalui berbagai saluran sosialisasi, seperti: sekolah, surat kabar,

bulletin, media elektronik, kelompok teman sebaya, pejabat-pejabat

pemerintah yang tersebar diseluruh daerah Indonesia dan kegiatan khusus

yang dibuat untuk mensosialisasikan hasil penelitian sosial budaya

dimaksud. Dengan demikian mereka diharapkan dapat menerima

keanekaragaman dan hidup berdampingan bersama guna membangun

peradaban dan kebudayaan manusia yang lebih maju.

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

191

Komunikasi adalah inti dari kehidupan manusia. Komunikasi

melahirkan persamaan makna antara semua pihak yang terlibat.

Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak-gerik fisik

ataupun perasaan.

Pada prinsipnya komunikasi adalah penyampaian informasi dan

pengertian dari seseorang kepada orang lain. Keberhasilan komunikasi

sangat tergantung pada ada tidak pemahaman saling pengertian antara si

pengirim pesan dan si penerima pesan.

Komunikasi adalah kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar

menukar data, fakta dan ide. Atas dasar pengertian ini, fungsi komunikasi

mencakup :

a.

Informasi;

Mengumpulkan, menyimpan, memproses, penyebaran

berita, data, gambar, hasil studi, pesan, opini dan komentar yang

dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap

orang lain sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat.

b.

Sosialisasi

;

menanamkan data, fakta, nilai-nilai hasil studi Antropologi

kepada orang lain sehingga mengetahui, bersikap dan berperilaku

sesuai dengan hasil studi Antropologi.

c.

Motivasi;

menjelaskan tujuan, manfaat dan kegunaan hasil studi

Antropologi dalam kehidupan masyarakat dalam jangka pendek

maupun jangka panjang, dan memotivasi orang menentukan pilihan

dan keinginannya untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan hasil

studi Antropologi.

d.

Perdebatan dan Diskusi;

hindari mengkomunikasikan hasil studi

Antropologi melalui upaya paksa, lakukan melalui diskusi dan

perdebatan yang diwarna oleh penyajian data dan fakta untuk

Sumber:

Media Indonesia, November 2006

Gambar 6.8

Komunikasi akan menjadikan suatu hal

yang penting untuk tersalurkannya tujuan dari penelitian

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

192

memungkinkan persetujuan bersama terhadap pentingnya

mengetahui dan menerapkan hasil penelitian sosial dan budaya.

e.

Pendidikan;

proses pengalihan hasil studi Antropologi yang mendorong

pelaksanaan penelitian selanjutnya untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan.

f.

Memajukan Kebudayaan;

menyebarkan hasil studi Antropologi

bermaksud untuk melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan

kebudayaan dan membangun imajinasi dan mendorong kreativitas

dan kebutuhan estetikanya.

g.

Hiburan;

hasil studi Antropologi mengandung aspek hiburan, seperti

permainan, olah makna, dan sebagainya. Penyebaran hasil studi

Antropologi juga berarti mengandung unsur hiburan, kesenangan dan

bagi komunikator dan komunikan.

h.

Integrasi;

hasil studi Antropologi berisi berbagai pesan, apabila

menimbulkan pemahaman bersama di masyarakat akan mendorong

terwujudnya sikap saling mengerti yang mendorong terwujudnya

persatuan dan kesatuan.

4.

Cara Mengkomunikasikan Studi Antropologi

Bagaimana cara mengkomuni-

kasikan studi

Antropologi agar sampai

kepada semua orang. Sangat mungkin

untuk mengkomunikasikannya dari

mulut ke mulut tetapi hasilnya tidak akan

maksimal, orang yang tahu hanya sedikit

saja. Bagaimana caranya agar semua

orang tahu? Caranya adalah menuliskan

hasil studi Antropologi itu dalam berbagai

bentuk karya ilmiah, seperti makalah,

artikel dan karya foto, kemudian

menyebarkannya melalui berbagai

sarana komunikasi, seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, dan

sebagainya.

a.

Makalah

Setiap makalah setidaknya harus memuat 4 (empat) bagian utama,

yaitu pendahuluan, perumusan masalah, pembahasan masalah dan

penutup.

Pada prinsipnya keempat bagian itu merupakan satu kesatuan.

Pendahuluan akan menentukan perumusan masalah, perumusan masalah

akan menggiring pembahasan masalah yang selanjutnya akan

Sumber:

Dok. Penerbit

Gambar 6.9

Dengan artikel yang

dimuat dimediamasa maka studi

antropologi dapat sampai di masyarakat

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

193

menentukan isi dari penutup. Setiap pembuatan makalah selalu dimulai

dengan Pendahuluan. Kemudian ke Perumusan Masalah, melaju ke

Pembahasan Masalah lalu ke bagian akhir Makalah, yaitu Penutup.

1)

Judul

Temukan judul menarik yang berhubungan dengan studi Antropologi

dalam kehidupan peradaban manusia. Judul menunjukkan gambaran

umum mengenai permasalahan yang akan dibahas. Susunlah dengan kata-

kata yang baik sehingga mudah dimengerti. Contoh judul :

MAHALNYA BIAYA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

(SMA)

(Suatu

Tinjauan Analitis Terhadap Mahalnya Biaya Pendidikan

Berdasarkan Hukum dan Birokrasi)

2)

Pendahuluan

P

endahuluan berisi fakta-fakta kehidupan budaya manusia yang

menjadi latar belakang suatu pemilihan judul makalah. Pemaparan dapat

digunakan dengan cara berpikir induktif dan deduktif, kalian boleh memilih

salah satunya sesuai dengan selera masing-masing. Pendahuluan juga

memaparkan adanya pertentangan-pertentangan dalam kebudayaan

manusia yang layak dipermasalahkan untuk mengembangkan

kebudayaan manusia itu sendiri.

3)

Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah kelanjuta dari pendahuluan. Perumusan

masalah dapat diawali oleh penguatan terhadap pertentangan yang terjadi

pada kebudayaan masyarakat, kemudian tentukan dam rumuskan

masalahnya. Perhatikan controh di bawah ini.

Kesenjangan yang terjadi dalam dunia pendidikan itu, penulis

tuangkan dalam perumusan masalah sebagai berikut :

a)

Apa penyebab terjadinya biaya pendidikan yang mahal pada

sekolah menengah atas?

b)

Adakah andil birokrasi pendidikan dalam menimbulkan biaya

pendidikan mahal pada sekolah menengah atas?

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

194

4)

Pembahasan Masalah

Setelah ditemukan masalahnya tentu saja harus dibahas untuk

menemukan penyebab dan jalan keluar dari masalah yang dikemukakan.

P

embahasan masalah sangat tergantung pada tipe studi yang dilakukan.

Pada tipe studi kuantitatif, selain didukung oleh landasan teoritis, juga harus

dilengkapi dengan berbagai angket (daftar pertanyaan yang harus di isi

responden yang dapat dipilih dengan acak) dan kuesioner (daftar isian

yang harus diisi oleh responden yang dapat ditentukan dengan pasti), atau

wawancara, kemudian hasil jawaban diolah dengan statistik dengan

menggunakan rumus-rumus tertentu. Pada tipe studi kualitatif, selain

didukung oleh landasan teoritis, orang yang melakukan studi harus terjun

langsung ke lapangan untuk mengamati dan melihat secara langsung

kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan permasalahan. Harus

diadakan pengamatan berhari-hari, bahkan bila perlu tinggal bersama

dengan masyarakat yang akan diteliti. Hasil pengamatan ini memberikan

deskripsi dan paparan yang menyeluruh mengenai kehidupan masyarakat

yang bersangkut untuk menemukan sebab-sebab permasalahan guna

mencari dan menemukan jalan keluar yang terbaik. Perhatikan contoh

pembahasan masalah di bawah ini.

1.

Hukum Pendidikan Indonesia

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan:

"Indonesia adalah negara hukum". Konsep negara hukum sudah

mengalami perkembangan yang panjang. Menurut Moh.

Kusnardi dan Harmaily Ibrahim (1973 : 156): "Ada dua tipe

negara hukum, yaitu negara hukum dalam arti sempit (negara

hukum klasik) dan negara hukum dalam arti luas (negara

hukum dalam arti luas). Tugas negara pada negara hukum dalam

arti sempit hanya menjaga agar hak-hak rakyat jangan

dilanggar, negara tidak boleh campur tangan mengenai urusan

kemakmuran rakyat. Tugas negara pada negara hukum modern,

selain menjamin hak-hak rakyat juga mewujudkan kesejahteraan

rakyat."

Setidaknya ada 4 (empat) teori tujuan negara, yaitu teori

tujuan kekuasaan, teori tujuan perdamaian dunia, teori tujuan

jaminan atas hak dan kebebasan warga negara serta teori

modern. Menurut teori tujuan modern yang dikemukakan oleh

Kranenburg, tujuan negara adalah mewujudkan kesejahteraan

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

195

rakyat (Parlindungan Siahaan, 2000 : 4). Dapat dikatakan bahwa

tujuan akhir suatu negara adalah menciptakan kebahagiaan bagi

rakyatnya (bonum publicum, common good, common weal)

(Abdul Rozak, 2000 : 54).

Apakah tipe negara hukum dan teori tujuan negara yang

dianut negara republik Indonesia? Menurut alenia 4 Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945, tujuan negara Indonesia adalah :

a.

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia

b.

Memajukan kesejahteraan umum

c.

Mencerdaskan kehidupan bangsa

d.

Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dari tujuan negara demikian, dapat disimpulkan bahwa tipe

negara hukum yang dianut negara republik Indonesia adalah

negara hukum dalam arti luas. Teori tujuan negara yang dianut

negara republik Indonesia adalah teori modern, yaitu

mewujudkan kesejahteraan rakyat (social service state / welfare

state).

Indonesia adalah negara hukum. Hukum yang saya maksud

pada makalah ini adalah hukum positive. Kaum positivisme

berpendapat bahwa hukum adalah undang-undang, tidak ada

hukum di luar undang-undang. Stufenbau theori Hans Kelsen

mengajarkan suatu sistem hukum merupakan susunan

hierarkhis hukum, dimana suatu ketentuan hukum tertentu

bersumber pada ketentuan hukum lainnya yang lebih tinggi.

Hukum yang tertinggi disebut Grundnorm (norma dasar).

Stufenbau theori dianut Indonesia. Menurut Ketetapan MPR

nomor III tahun 2000, tata urutan peraturan perundang-undang

RI terdiri dari:

a.

Undang-Undang Dasar 1945

b.

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

c.

Undang-Undang

d.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

(PERPU)

e.

Peraturan Pemerintah

f.

Keputusan Presiden

g.

Peraturan Daerah

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

196

Untuk mewujudkan konsep negara hukum modern dan

tujuan negara negara, negara Indonesia mengeluarkan berbagai

peraturan perundang-undangan dalam berbagai bidang

kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Hukum negara

Indonesia dalam bidang pendidikan dapat dipahami dari

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan pemerintah

negara Indonesia mewujudkan tujuan nasional, diantaranya

adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 28C ayat 1

menegaskan: "setiap orang berhak mengembangkan diri melalui

pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan

dan memperoleh manfaat ....dst". Pasal 31 ayat 1 UUD 1945

berisi "setiap warga negara berhak mendapat pendidikan". Pasal

31 ayat 2 UUD 1945 memerintahkan "setiap warga negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya". Pasal 31 ayat 3 UUD 1945 selanjutnya

menggariskan: "Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang".

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 menegaskan bahwa

sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan

kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan

efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan

sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,

dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan

secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Jaminan

pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia

dituang dalam bab VIII UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional. Agar terwujud pemerataan pendidikan,

maka pemerintah harus menjamin adanya pendidikan yang

murah bagi semua orang.

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 mengenal istilah

pendidikan berbasis masyarakat. Pasal 55 ayat 3 menuliskan:

"dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat

bersumber dari penyelenggara, masyarakat, pemerintah,

pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang tidak

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

197

bertentangan dengan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku". Pasal ini menjadi landasan bagi tumbuhnya

pemahaman bahwa masyarakat, khususnya orang tua peserta

didik wajib belajar harus bertanggung jawab terhadap

pendanaan penyelenggaraan pendidikan.

Memang di satuan sekolah menengah atas tertentu

diperkenalkan juga istilah subsidi silang. Orang tua peserta didik

yang kaya menanggung lebih banyak biaya pendidikan untuk

mensubsidi biaya pendidikan peserta didik dari orang tua yang

kurang beruntung secara ekonomi. Orang tua peserta didik

menanggung biaya pendidikan menurut kemampuannya.

Orang tua yang sangat kaya menanggung menurut

kemampuannya. Orang tua kaya menanggung menurut

kemampuannya dan orang tua miskin menanggung menurut

kemiskinannya. Tetapi setahu penulis, masih belum ada sekolah

menengah atas yang memberlakukan subsidi silang ini, yang

berlaku adalah semua anak menanggung biaya pendidikan

yang sama kuantitasnya.

2.

Birokrasi Pendidikan Indonesia

Kata birokrasi berasal dari kata "bureau" dan "kratein".

"Bureau" berarti meja tulis atau sebagai tepat para pejabat

bekerja. "Kratein" bermakna mengatur (Martin Albrow, 2005 :

2). Dapat disimpulkan, birokrasi adalah meja tulis tempat para

pejabat bekerja untuk mengatur. Apa yang diatur? Tentu saja

bidang pekerjaannya masing-masing. Bila Ia seorang birokrat

pendidikan Indonesia maka yang diatur adalah masalah

pendidikan untuk mewujudkan idealisme pendidikan sebagai

tertulis dalam hukum (peraturan perundang-undangan)

pendidikan Indonesia.

Birokrasi mencakup pembagian tugas dalam lingkup fungsi

yang secara relatif berbeda. Pemisahan kekuasaan berarti

pembagian tanggung jawab terhadap fungsi yang sama antara

dua badan atau lebih (Martin Albrow (2005 : 49). Tugas birokrasi

adalah mencegah terjadinya kesewenang-wenang dari pejabat

negara, kekuasaan pejabat yang besar bukanlah masalah,

persoalannya adalah metoda dan prosedur standar dalam

melaksanakan kekuasaan itu yang disebut dengan birokrasi.

Birokrasi sangat penting untuk mencegah terjadi kesewenang-

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

198

wenangan. Lord Acton berkata "orang yang berkuasa cenderung

menyalahgunakan kekuasaannya" (Meriam Budiarjo, 1986 : 15).

Kekuasaan yang dimiliki Sekolah Menengah Atas untuk

mengelola penyelanggaraan pendidikan bukan masalah.

Persoalannya adalah birokrasinya, yaitu metode dan prosedur

standar untuk melaksanakan kekuasaan yang dimiliki SMA

untuk menyelenggarakan pendidikan sehingga peserta didik dan

orang tuanya terhindar dari tindakan sewenang-wenang. Ketika

birokrasi Sekolah Menengah Atas gagal menyerap dan

melaksanakan arpirasi warga maka sesungguhnya birokrasi

sekolah tersebut mengalai kegagalan dalam mewujudkan

tujuannya, yaitu pendidikan yang efesien dan murah dalam

rangka encerdaskan kehidupan bangsa (disarikan dari Martin

Albrow, 2005 : 145).

Beranjak dari uraian di atas, disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan birokrasi pendidikan (Sekolah Menengah Atas)

adalah:

a.

Para pejabat pendidikan yang mengatur Sekolah Menengah

Atas, yaitu:

1)

Menteri Pendidikan Nasional

2)

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

3)

Kepala Dinas Pendidikan Propinsi

4)

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

5)

Kepala Sekolah beserta Staf Kepala Sekolah

6)

Komite Sekolah

b.

Prosedur dan metode yang digunakan dalam melaksanakan

kekuasaan yang dimiliki pejabat pendidikan (Sekolah

Menengah Atas) dalam menyelenggarakan pendidikan di

Sekolah Menengah Atas.

Tujuan birokrasi pendidikan adalah mewujudkan

demokratisasi pada dunia pendidikan (Sekolah Menengah Atas).

Birokrasi harus dijalankan berdasarkan kehendak mayoritas

warga sekolah, bila tidak demikian maka dapat dikatakan bahwa

birokrasi mengalami kegagalan. Birokrasi pendidikan bertujuan

juga mewujudkan efesiensi dalam penyelenggaran Sekolah

Menengah Atas dengan biaya yang murah, bila tidak demikian

maka birokrasi itu mengalami kegagalan.

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

199

Adakah prinsip-prinsip yang dapat diterapkan sehingga

birokrasi dijalankan menurut tujuannya? Tentu ada. Dalam hal

ini penulis merujuk pada 10 prinsip mewirausahakan birokrasi

dari David Osborne dan Ted Gaebler, yaitu:

a.

Pemerintahan katalis; mengarahkan ketimbang mengayuh

b.

Pemerintahan milik masyarakat; memberi wewenang

ketimbang melayani

c.

Pemerintahan yang kompetitif; menyuntikkan persaingan

ke dalam pemberian pelayanan

d.

Pemerintahan yang digerakkan oleh misi; mengubah

organisasi yang digerakkan oleh peraturan

e.

Pemerintah yang berorientasi hasil; membiayai hasil, bukan

masukan

f.

Pemerintahan berorientasi pelanggan, memenuhi

kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi

g.

Pemerintahan wirausahan, menghasilkan ketibang

membelanjakan

h.

Pemerintahan antisipatif, mencegah daripada mengobati

i.

Pemerintahan desentralisasi

j.

Pemerintahan berorientasi pasar; mendongkrak perubahan

melalui pasar.

3.

Penyebab Mahalnya Biaya Pendidikan SMA dan

Birokrasinya

Pada saat seorang peserta didik hendak masuk Sekolah

Menengah Atas, Ia dikenakan biaya siswa baru, besarnya

berkisar lima ratus ribu rupiah hingga satu juta rupiah. Bagi

anak dengan orang tua mampu, biaya seperti itu bukanlah

masalah, tetapi bagi orang tua yang tidak mampu, jelas biaya

sebesar itu adalah masalah besar. Jangankan uang lima ratus

ribu rupiah, maka sehari-hari saja terancam.

Para orang tua berkomentar; "bukankah para guru digaji

negara, untuk apa saja biaya sebanyak itu? " Sebagian besar

pernyataan dibalik pertanyaan itu mengandung kebanaran.

Pada umumnya untuk siswa baru, Sekolah Menengah Atas

memungut biaya dengan perincian:

a.

Biaya seragam sekolah

b.

Biaya pembangunan

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

200

c.

Biaya iuran sekolah

d.

Biaya ekstrakurikuler

Setelah menjalani pendidikan di Sekolah Menengah Atas,

para peserta didik juga masih harus membayar uang buku (LKS)

dan study wisata.

a.

Biaya Seragam Sekolah

Pada akhir-akhir ini ada kecenderungan, bukan

hanya siswa baru SMA yang diwajibkan membeli seragam

sekolah, tetapi juga siswa kelas XI dan XII. Para siswa baru

diwajibkan membeli bahan seragam sekolah dengan biaya

antara Rp. 65.000 s.d Rp. 100.000, meliputi:

1)

1 stel bahan seragam putih abu-abu

2)

1 stel bahan seragam pramuka

3)

1 stel bahan seragam identitas sekolah.

Untuk kelas XI dan XII diwajibkan membeli bahan

seragam identitas sekolah, dengan harga berkisar antara Rp.

30.000 s.d Rp. 45.000.

Sepintas semua beralan wajar saja, 3 stel bahan seragam

SMA dibeli dengan harga Rp. 65.000 - Rp. 100.000. Tetapi

bila dibandingkan dengan kualitas bahannya dan

dibandingkan dengan harga pasar maka timbul keanehan.

Ternyata bila dibandingkan dengan harga pasar, harga bahan

itu sangat mahal, harga bahan seragam sekolah yang dijual

sekolah hanya berharga Rp. 40.000 - Rp. 60.000 tetapi anak

harus membayarnya dengan harga Rp. 65.000 - Rp. 100.000.

Dengan demikian terjadi mark up (penggelembungan

harga).

b.

Biaya Pembangunan

Setiap siswa baru pada umumnya juga dikenai biaya

pembangunan untuk melaksanakan pembangunan fisik

sekolah. Besarnya antara Rp. 200.000 s.d Rp. 500.000. Setiap

tahun selalu ada jenis pungutan dan sekolah tidak pernah

berhenti melakukan pembangunan fisik. Ada-ada saja

alasan tentang materi yang akan dibangun.

Cara menentukan besarnya uang pembangunan juga

sangat demokratis. Biasa berdasarkan rapat orang tua siswa

yang dipimpin oleh pengurus koite sekolah dengan dihadiri

pejabat SMA. Biasa para orang tua yang keberatan pada

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

201

awalnya menyatakan keberatan, tetapi lama kelamaan pada

akhirnya mereka juga menyetujui permintaan dana

pembangunan, meskipun setelah usai rapat para orang tua

yang tidak mampu itu pusing memikirkan biaya sekolah

dan kecewa dalam hati.

c.

Biaya Iuran Sekolah

Sudah wajar apabila siswa baru juga dikenakan iuran

sekolah. Untuk SMA di kabupaten Karanganyar yang

digunakan adalah prinsip sama rata. Setiap peserta didik

dikenakan biaya iuran sekolah yang sama jumlahnya tanpa

memperhatikan kemampuan ekonomi orang tuanya.

Cara menentukan besarnya biaya iuran sekolah juga

sangat demokratis. Biasa berdasarkan rapat orang tua siswa

yang dipimpin oleh pengurus komite sekolah dengan

dihadiri pejabat SMA. Biasanya lagi, para orang tua yang

keberatan dengan biaya pada akhirnya harus menerima

keputusan rapat. Terjadi Diktator mayoritas.

d.

Biaya Ekstrakurikuler

Dengan alasan muatan lokal, sekolah mengadakan

pendidikan ekstrakurikuler, seperti pendidikan komputer,

musik dan keterapilan lainnya. Tentu saja biayanya

dibebankan kepada peserta didik. Biasanya berkisar antara

Rp. 5.000 s.d Rp.15.000 perbulannya. Cara penetuan pilihan

jenis pendidikan muatan lokal yang diberikan uga sangat

demokratis demikian juga dalam penentuan biayanya.

Tetapi anehnya, para peserta didik mengikutinya dengan

setengah hati, sehingga pendidikan muatan lokal ini juga

tidak efektif.

e.

Tinjauan Dari Prinsip-Prinsip Mewirausahakan

Birokrasi

Ditinjau dari birokrasinya, keputusan untuk

mewajibkan anak membeli bahan seragam sekolah sangat

demokratis, karena keputusan itu diambil dengan

persetujuan Komite Sekolah dan Rapat Orang Tua Siswa.

Lalu apa yang salah? Yang salah adalah birokrasi pengadaan

bahan seragam sekolah menengah atas, setidaknya tidak

menerapkan prinsip:

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

202

1)

Pemerintahan milik masyarakat; memberi wewenang

ketimbang melayani.

Menurut David Osborne dan Ted

Gaebler, (2000 : 29-35) sekolah semestinya lebih

berperan sebagai katalisator dan fasilitator. Semestinya

sekolah cukup menguraikan berbagai kebutuhan

peserta didik, setelah itu sekolah harus lebih

memberikan wewenang kepada para orang tua dan

peserta didik dalam memenuhi kebutuhannya menurut

kemampuannya. Bukan seperti sekarang, sekolah

mendikte peserta didik dan orang tuanya dan kurang

merespon apa kata orang tua peserta didik.

2)

Pemerintahan yang kompetitif, menyuntikkan

persaingan ke dalam pemberian pelayanan.

Menurut

David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 94) keuntungan

paling nyata dari persaingan adalah efesiensi yang lebih

besar. Pengadaan bahan seragam sekolah diadakan

secara monopoli, harga ditentukan sekolah dan toko

bahan seragam yang ditunjuk sekolah. Begitu juga

halnya dalam pemberian jenis pelanan lainnya seperti;

study wisata dan kegiatan ekstrakurikuler. Akibatnya

tidak ada persaingan dan efesiensi tidak dapat

diwujudkan.

3)

Pemerintahan yang digerakkan oleh misi; mengubah

organisasi yang digerakkan oleh peraturan.

Menurut

David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 133), organisasi

yang digerakkan oleh misi lebih efesien, efektif dan

inovatif ketimbang organisasi yang digerakkan oleh

peraturan. Sekolah sebaiknya hanya menyampaikan

apa misi sekolah, sedang tentang bagimana cara

mewujudkan misi sekolah, diserahkan kepada masing-

asing peserta didik untuk tumbuh dan berkembang

menurut kekuatannya sendiri. Hal ini belum

berlangsung di Sekolah Menengah Atas sampai saat ini

pada berbagai jenis pelayanan.

4)

Pemerintahan berorientasi pelanggan, memenuhi

kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi.

Menurut David

Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 210), sistem yang

berorientasi pelanggan memberi kesempatan kepada

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

203

orang untuk memilih diantara berbagai macam

pelayanan. Pada sekolah menengah atas, para pejabat

sekolah mengabaikan hal ini, tidak ada alternatif bagi

kebijakan yang diambil. Harus beli seragam sekolah

yang sejenis dan sama bagi setiap peserta didik. Harus

mengadakan study wisata ke kota tertentu. Harus

mengikuti jenis kegiatan ekstrakurikuler tertentu. Tidak

ada alternatif. Sekolah lebih mengutamakan

kepentingannya dari pada suara pelanggan yaitu

peserta didik dan orang tuanya.

5)

Pemerintahan antisipatif, mencegah daripada mengobati.

Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 253),

pencegahan lebih memecahkan masalah ketimbang

memberikan jasa. Para pejabat pendidikan, khususnya

Sekolah Menengah Atas, tidak pernah mengadakan

analisis mengapa biaya pendidikan sangat mahal.

Mungkin perlu diadakan langkah-langkah

pencegahan, seperti, pemberian jasa pengadaan bahan

seragam, pelaksanaan pembangunan fisik sekolah dan

study wisata sudah saatnya dihentikan. Tetapi apa

mungkin hal ini terwujud, karena akan hilang

keuntungan ekonomi birokrat pendidikan yang selama

ini diperoleh.

6)

Pemerintahan berorientasi pasar; mendongkrak perubahan

melalui pasar.

Menurut David Osborne dan Ted Gaebler,

2000 : 323), pemerintahan berorientasi pasar dapat

berjalan apabila ada penawaran, permintaan,

aksebilitas, informasi, peraturan dan penjagaan. Prinsip

ini tidak berjalan dengan baik di SMA karena hampir

dalam semua pemberian pelayanan, tidak ada

penawaran yang memadai, yang ada penawaran

monopoli, permintaan tidak didasarkan atas

kemampuan peserta didik tetapi berdasarkan

penyamarataan, tidak ada aksebilitas dimana peserta

didik tidak mudah dalam mengakses penjual secara

langsung, peserta didik juga tidak memiliki informasi

yang cukup mengenai pelayanan jasa yang

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

204

diperolehnya. Peraturan memang sudah ada, tetapi

kurang dalam penjagaan agar peraturan itu berjalan

sesuai dengan tujuannya.

4.

Andil Birokrasi Pendidikan Pada Biaya Pendidikan SMA

Pasal 55 ayat 1 UU nomor 20 tahun 2003 menentukan

masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis

masyarakat (school / community based management) pada

pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan

agama, lingkungan sosial dan budaya untuk kepentingan

masyarakat. Pendidikan dasar berbasis masyarakat adalah

pendidikan dasar yang berakar pada masyarakatnya, yang

dibangun menurut karakteristik masyarakatnya. Pada

masyarakat petani sudah seharus dibangun pendidikan dasar

yang sesuai dan menunjang pertanian. Pada masyarakat nelayan

sudah sewajarnya dibangun dan dibina pendidikan dasar yang

sesuai dan menunjang pembangunan masyarakat nelayan, dan

sebagainya.

Pasal 55 ayat 3 UU nomor 20 tahun 2003 menetapkan dana

penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat

bersumber dari penyelenggara masyarakat, pemerintah,

pemerintah daerah, dan/atau sumber lain yang tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Dihubungkan dengan prinsip otonomi sekolah pada

pendidikan, maka pasal ini banyak ditafsirkan bahwa sekolah

dapat memungut uang dari para orang tua peserta didik.

Berapapun besarnya uang ditarik tidaklah menjadi soal selama

dilakukan menurut prosedur demokratis dan bukankah sumber

pendanaan pendidikan dasar adalah masyarakat, khususnya

orang tua peserta didik?

Pendidikan dasar berbasis pada masyarakat dihubungan

dengan otonomi sekolah diberi makna bahwa sekolah harus

dibangun sesuai dengan kemampuan masyarakatnya, sekolah

akan memberi beban biaya pada setiap peserta didik dari

menurut kemampuannya masing-masing. Sayangnya sampai

sekarang masih banyak orang yang mengartikan pendidikan

dasar berbasis pada masyarakat sebagai keleluasaan menarik

dana pendidikan dari masyarakat sebesar-besarnya. Iuran

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

205

sekolah Sekolah Dasar boleh saja Rp. 500.000 perbulan asal orang

tua peserta didik menyetujuinya melalui suatu mekanisme

demokrasi. Berbagai jenis uang pungutan, dari dana

pembangunan, uang sergam sekolah, uang gizi anak, iuran

pelajaran tambahan dapat saja diadakan dan ditarik, sekali lagi

asal disetujui oleh orang tua melalui mekanisme demokrasi. Dan

sampai saat ini, berbagai jenis pungutan dapat digoalkan melalui

rapat Komite Sekolah, dimana para pengurus Komite Sekolah

berhasil menggalang opini orang tuanya dengan mengerahkan

segala kemampuannya.

Untuk menjembatani antara keinginan pengelola sekolah

dengan masyarakat (orang tua peserta didik) dibentuklah komite

sekolah. Tugas komite sekolah adalah memberikan

pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana, prasarana,

serta pengawasan pendidikan. Melihat lebih jauh pada

penyelenggaraan pendidikan pada jenjang pendidikan

menengah, ternyata komite sekolah lebih cenderung bertugas

sebagai lembaga yang menggiring pemikiran orang tua peserta

didik untuk menyetujui permintaan pengelola satuan

pendidikan. Akhirnya berapapun biaya yang dibebankan

pengelola sekolah kepada para orang tua, setelah melalui proses

demokrasi pada akhirnya harus ditanggung oleh orang tua.

Komite Sekolah sebagai lembaga yang terdiri dari unsur

orang tua dan guru seharusnya dapat memberi pertimbangan

objektif menurut kemampuan perekonomian orang tua terhadap

berbagai permintaan pengelola sekolah yang berhubungan

dengan pendanaan pendidikan. Dapat mengidentifikasi

kemampuan setiap orang tua peserta didik, kemudian

memberikan arahan dalam menentukan kebijakan sekolah

terhadap besarnya iuran sekolah dan biaya lainnya yang harus

ditanggung oleh setiap peserta didik. Bila hal ini dapat dijalankan

maka dimungkinkan saja adanya peserta didik yang gratis dan

dibebaskan dari berbagai iuran sekolah.

Setelah ditetapkan jumlah uang iuran sekolah dalam rapat

Komite Sekolah yang dihadiri para orang tua peserta didik.

Banyak para orang tua merasa berat bahkan tidak mampu.

Diantara mereka tidak mau bersuara karena merasa malu atau

merasa bahwa usahanya akan sia-sia. Ada juga yang berani

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

206

menyatakan keberatannya, tetapi pada akhirnya suara itu

dikalahkan melalui suara terbanyak. Sepertinya semua berjalan

sangat demokratis, tetapi hasilnya tidak mencerminkan keadilan

sosial. Bila kemudian ditemukan ada peserta didik yang putus

sekolah karena tidak mampu membayar iuran sekolah, Komite

Sekolah juga tidak mau tahu, yang penting hanya satu, semua

keputusan hasil rapat Komite Sekolah harus dilaksanakan, bila

tidak sanggup mematuhinya, iya jangan bersekolah.

Kebutuhan sekolah tidak terbatas, sementara kemampuan

warga sekolah sangat terbatas. Komite Sekolah harus mampu

mengendalikan keinginan sekolah, bahkan bila perlu menolak

permintaan sekolah apabila dianggap tidak subtanstif. Tidak

harus tiap tahun membangun fisik sekolah. Tidak tidak tahun

mengadakan piknik keluarga. Tidak tiap harus tahun

mengadakan pembelian seragama, dan sebagainya. Bila hal ini

terwujud maka keberadaan Komite Sekolah akan sangat

mendukung pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar

sembilan tahun. Realitasnya pada saat ini, Komite Sekolah belum

dapat menjalankan tugas idealnya, mereka cenderung hanya

berfungsi sebagai stempel setuju terhadap semua keinginan

pengelola sekolah. Tidak jauh beda dengan keadaan DPR RI dan

MPR RI pada masa orde baru.

5)

Penutup

Penutup adalah kelanjutan dari pembahasan masalah. Penutup berisi

kesimpulan dan saran, lebih baik lagi bila disertai dengan implikasi. Dalam

penutup temukan dan tuliskan beberapa kesimpulan yang berupa intisari

makalah dari pendahuluan, perumusan masalah hingga pembahasan

masalah. Berdasarkan kesimpulan itu buatlah saran sebagai jalan keluar

yang ditawarkan terhadap permasalahan yang dibahas. Kumudian dapat

juga dilengkapi dengan implikasi, yaitu penerapan dari keseimpulan dan

saran yang diajukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai penguat untuk

mencegah terjadinya masalah sejenis di kemudian hari. Perhatikan contoh

penutup di bawah ini.

Pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945 menunjukkan bahwa

Indonesia adalah negara hukum dan demokrasi. Bila dikaji lebih lanjut,

ternyata negara hukum yang dianut Indonesia adalah negara hukum

modern dan negara demokrasi yang diterapkan Indonesia adalah negara

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

207

demokrasi modern. Indonesia sebagai negara hukum dan demokrasi

modern menampakkan diri sebagai welfare state atau social service state.

Salah satu perwujudan Indonesia sebagai negara kesejahteraan

tercermin dari adanya pendidikan murah yang dapat dinikmati dan

diperoleh setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam

pasal 31 ayat 1 - 3 Undang-Undang Dasar 1945. Dan dipertegas lebih lanjut

dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional. Sampai saat ini, pendidikan murah dan terjangkau adalah suatu

idealisme yang patut diperjungkan. Disebut idealisme karena konsep

tersebut masih merupakan dunia cita (das sein) dan berbeda jauh dari

realitas pendidikan (das sollen). Patut diperjuangkan karena konsep tersebut

sesuai dengan nilai-nilai keadilan dan nilai-nilai demokrasi serta welfare

state.

Pembahasan terhadap mahalnya biaya pendidikan Sekolah Menengah

Atas pada makalah ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang sekaligus

merupakan jawaban terhadap permasalahan. Kesimpulan dimaksud

adalah sebagai berikut:

1.

Penyebab terjadinya biaya pendidikan yang mahal pada Sekolah

Menengah Atas adalah diterapkannya berbagai keputusan yang dalam

proses pembuatannya terlihat sangat demokratis, melalui

penggiringan yang dilakukan oleh para pejabat Komite Sekolah yang

pada akhirnya mengesampingkan aspirasi orang tua peserta didik

dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Disamping itu proses

pembuatan dan pelaksanaan kebijakan pada Sekolah Menengah Atas

tidak memperhatikan prinsip-prinsip mewirausahakan birokrasi yang

diajukan oleh David Osborne dan Ted Gaebler. Akibatnya; timbul

birokrasi Sekolah Menengah Atas yang bersifat inefesiensi organisasi.

2.

Dapat dipastikan bahwa birokrasi pada Sekolah Menengah Atas turut

andil dalam mewujudkan biaya pendidikan mahal. Seperti diuraikan

sebelumnya, tata cara pengabilan setiap keputusan pada Sekolah

Menengah Atas dilakukan secara demokratis dengan mengikutserta-

kan orang tua peserta didik. Dalam proses demokrasi itu nampak

bahwa Komite Sekolah leih berpihak kepada birokrat sekolah (kepala

sekolah) daripada orang tua dari peserta didik, khususnya yang

berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Intinya birokrasi

sekolah (Komite Sekolah) lebih berpihak kepada keinginan kepala

sekolah dan pejabat sekolah lainnya dari pada lebih menanggapi dan

merespon keinginan orang tua peserta didik. Singkatnya; birokrasi

sekolah adalah alat bagi pejabat sekolah yang mengabdi kepada

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

208

kepada birokrat sekolah, bukan kepada pelanggan (orang tua peserta

didik). Mahalnya biaya sekolah pada Sekolah Menengah Atas

memiliki legalisasi dan diproses secara demokratis oleh birokrat

sekolah, dalam hal ini adalah Kepala Sekolah dan Komite Sekolah.

Untuk mencegah adanya birokrasi sekolah yang bersifat inefesien,

yang menyebabkan mahalnya biaya pendidikan pada Sekolah Menengah

Atas, Penulis mengajukan saran sebagai berikut :

1.

Usaha secara terus menerus perlu dilakukan, setidaknya untuk

mengingatkan tugas dan fungsi Komite Sekolah dalam menjembati

keinginan birokrat sekolah dengan orang tua peserta didik. Komite

Sekolah harus selalu dapat mendengar suara kedua belah pihak,

kemudian mengambil keputusan dengan mengacu kepada keadilan

dan kepatutan yang hidup dan berkembang pada warga sekolah.

Sehingga pada akhirnya muncul sosok Komite Sekolah yang yang

berorientasi pelanggan, pasar dan selalu menyuntikkan persaingan.

2.

Melalui uraian di atas, nampak dengan jelas bahwa birokrasi sekolah

sama sekali tidak melaksanakan 10 prinsip mewirausahakan birokrasi

yang dikemukakan oleh David Osborne dan Ted Gaebler. Mungkin

hal itu dikarenaka para pejabat sekolah dan anggota Komite Sekolah

belum mengetahuinya. Oleh karena itu perlu diperkenalkan dan

disosialisasikan kepada mereka prinsip-prinsip dimaksud. Bila mereka

sudah mengetahui, tetapi belum melaksanakan, maka mereka perlu

diingatkan, didorong dan dikawal dalam melaksanakan prinsip

mewirausahakan birokrasi. Pada akhirnya, perlu diadakan birokrasi

yang efesien dalam mewujudkan tujuan Sekolah Menengah Atas,

untuk dirasakan kebutuhan untuk melakukan gerakan secara

menyeluruh untuk melaksanakan prinsip-prinsip mewirausahakan

birokrasi.

6)

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka berisi bahan bacan yang menjadi acuan dalam

menentukan dan membahasas masalah. Daftar Pustaka selalu dimulai

dengan menulis nama penulis dan pengarang buku, kemudian judul buku,

nama penerbit, Kota penerbit dan tahun penerbitannya. Penulisan daftar

Pustaka memiliki norma tersendiri, yang tergambar pada contoh di bawah

ini.

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

209

DAFTAR PUSTAKA

Albrow Martin. 2005.

Birokrasi.

PT. Tiara Wacana, Yogyakarta.

C.E. Beeby. 1981.

Pendidikan di Indonesia, Penilaian dan Pedoman

Pelaksanaan.

LP3ES, Jakarta,

David Osborne dan Ted Gaebler. 2000.

Mewirausahakan Birokrasi,

Reinventing Government, Mentransformasi Semangat Wirausaha

Ke Dalam Sektor Publik, diterjemahkan oleh Abdul Rosyid.

Pustaka

Binaman Pressindo, Jakarta.

H. Subandi Al. Marsudi. 2001.

Pancasila dan UUD 1945 Dalam

Paradigma Reformasi.

PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi. 2004.

Dasar-Dasar Filsafat dan Teori

Hukum.

PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1983.

Pengantar Hukum Tata

Negara Indonesia Pusat Studi Hukum Tata Negara.

Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, Jakarta

Jacqueline Charbaud. 1984.

Mendidik dan Memajukan Wanita.

Gunung Agung, Jakarta.

b.

Artikel

Menurut Wahyu Wibowo (2006) artikel adalah tulisan atas nama

pribadi, yang ciri khasnya memang mencantumkan nama pribadi

penulisnya, di dalam media massa cetak. Artikel adalah tulisan berbentuk

ringkas, padat yang ditulis dalam media massa cetak berdasarkan opini

penulisnya dengan tujuan menerangkan, menjelaskan atau

memberitahukan pembacanya akan sesuatu hal. Artikel dalah tulisna atas

nama pribadi yang ditulis di media massa cetak, dengan ciri-ciri:

1)

Ekspositoris - argumentatif (menjelaskan dan disertai argumentasi).

2)

Berpeluang mendatangkan pencerahan.

3)

Topiknya dipicu dari hal yang aktual.

4)

Mencerminkan pantulan pribadi penulisnya.

5)

Memecahkan persoalan.

6)

Bentuknya ringkas dan padat.

7)

Gaya dan nada penulisannya kebanyakan tegas, lugas dan serius.

Artikel Antropologi tulisan seseorang mengenai masalah-masalah

aktual Antropologi, yang mencantumkan nama pribadi penulis dan dimuat

di surat kabar (media massa). Artikel adalah sarana yang efektif dan efesien

dalam mengkomunikasikan hasil studi Antropologi kepada masyarakat.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

210

Disebut efektif karena dengan menulis artikel, dapat dipastikan bahwa

banyak orang yang membacanya dan mengetahui hasil studi antropologi.

Disebut efesien karena dengan satu kali menulis artikel, hasil studi

Antropologi dapat dikomunikasikan secara luas kepada masyarakat, tidak

perlu pergi keberbagai tempat dan berbicara kepada banyak orang, tulis

satu kali artikel dan pasti banyak orang yang membacanya. Sangat

efesienkan?

Menurut Wahyu Wibowo, (2006) secara teoritis struktur artikel terdiri

atas teras (lead), tubuh (body) dan penutup (ending). Seperti halnya dengan

makalah, teras beris kalimat pembukaan dapat berisi latar belakang singkat

untuk membawa pembacanya memasuki pokok permasalah. Tubuh berisi

uraian mengenai permasalahan, penyebab dan akibatnya. Penutup berisi

kesimpulan dan jalan keluar yang ditawarkan. Artikel tidaklah sepanjang

lebar makalah, artikel jauh lebih singkat, padat dan langsung menuju

sasaran. Dapat menggunakan cara berpikir deduktif maupun induktif,

dapat juga menggunakan studi kuantitatif maupun kualitatif. Syarat-syarat

yang sebaik dipenuhi dalam menulis artikel adalah:

1)

Keharmonisan atau kesimbangan antara gagasan (konsep) dan

struktur bahasa yang dipakai, menentukan efektif tidak sebuah

kalimat, ciri-cirinya subjek dan prediketnya jelas; tidak mengandung

subjek ganda, dan cermat dalam menggunakan kata sambung.

2)

Kepararelan yaitu kesejajaran atau kesederajatan unsur pembentuk

kata atau klausa yang digunakan dalam kalimat.

3)

Ketegasan yaitu upaya sipenulis dalam menonjolkan gagasan baru

dan ide pokok kalimatnya. Tujuannya, memberi ketegasan bahwa

ide pokoknya itu merupakan sesuatu yang penting diketahui

pembaca. Tunjukkan ide pokok dengan menuliskannya di awal

kalimat, gunakan rumus dimana, siapa, kapan, mengapa, apa dan

siapa. Urutkan kejadi secara logis, lakukan pengulangan kalimat yang

ingin ditegaskan dan lakukan pertentangan terhadap ide yang

ditegaskan itu.

4)

Kehematan yakni tidak menggunakan kata, frase atau bentuk lain

yang dianggap tidak diperlukan.

5)

Kecermatan, yakni cermat menggunakan kata-kata dalam kalimat,

sehingga kalimat tersebut tidak menimbulkan tafsir ganda.

6)

Kelogisan yakni logis dalam megemukakan ide kalimat. Contoh

kalimat tidak logis: "Untuk mempersingkat waktu, marilah kita

teruskan acara ini dengan mengundang kehadiran Bapak Kepala

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

211

Bidang ke atas podium". (seharusnya, "untuk menghemat waktu",

karena waktu tidak dapat dipersingkat.

7)

Kevariasian, gunakan kata dan kalimat secara bervariasi, jangan

monoton.

(Wahyu Wibowo, 2006).

Untuk melengkapi pemahaman yang menyeluruh terhadap artikel,

berikut ini dikutipkan satu contoh artikel dari buku "berani menulis artikel"

karya Wahyu Utomo yang diterbitkan tahun 2006.

Contoh artikel.

Makin jelas Cina sejak eranya Deng Xiaoping (1980) dengan

keterbukaan kawasan Timur, tidak mau sembarangan didikte oleh

Amerika Serikat. Ketegasan itu makin nyata oleh penerusny, yakni

Ziang Zemin / Zhu Rongji (1992-2002, dan kini generasi keempat

kepemimpinan Hu Jintao / Wen Jiabao. Mentor dari Ziang / Zhu dan

Hu / We sejak 1980-an adalah Deng Xiaoping.

Deng Xiaoping merintis Cina baru yang sangat berbeda dengan

Cinanya Mao Zedong (1949-1976). Eranya Mao dikenal sebagai era

tertutup konfrontatif terhadap Amerika Serikat dan dunia luar yang

tidak sepaham Mao. Era Tirai Bambu kurang disukai oleh dunia luar

(termasuk saya sebagai pemerhati ekonomi/bisnis Cina), karena

kurangnya informasi yang mengalir ke luar tirai itu. Pada zaman Mao,

AS dengan gencar menjelek-jelekkan Cina dari luar, melalui susunan

komunikasi pers maupun radio (waktu itu belum ada TV).

Ketika Deng Xiaoping muncul tahun 1982 sebagai pemimpin Cina

dan secara praktis memegang tapuk pimpinan Pemerintahan Cina,

sebagian besar pemerhati di dalam maupun di luar Cina mulai menyadari

kehebatan visi Deng. Proses yang digeluti dan para murid-muridnya

memakan waktu dan tidak selalu mulus.

Termasuk pengagum Deng adalah Dr Mahathir Mohamad (PM

Malaysia, 1981-31 Oktober 2003), yang tanpa tedeng aling-aling dan

terus terang menyampaikan kekagumannya sebagaimana terungkap

dalam "Globalization With Common Development" (APEC CEO

Summit in Shanghai, 21 Oktober 2001). Di situ dikatakan antara lain,

"Tanpa ragu patut dinyatakan bahwa salah seorang tokoh abad ke - 20

adalah Deng Xiaoping, Bapak Empat Modernisasi Cina. Jelas pula tanpa

ragu patut disebut bahwa dua dari pernyataan bijaksananya harus

senantiasa ada dalam barisan utama pemikiran kita saat berbicara

mengenai isu besar masa kinikita." (Sumber: Bob Widyahartono, "Cina

yang Berani Berkata Tidak", Suara Pembaruan, 07/11/03; h.9).

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

212

c.

Karya Foto

Karya foto adalah pengabadian peristiwa dan momen-momen penting

dalam kehidupan manusia melalui kamera yang menghasilak foto-foto

tiga dimensi. Foto mewakili sejuta tulisan dan ungkapan yang

mengambarkan kehidupan kehidupan dan kebudayaan manusia. Berbeda

dengan makalah dan artikel yang membutuhkan sangat banyak untaian

kalimat, karya foto hanya memerlukan beberapa kata untuk mempertegas

tema dan makna foto untuk memberikan pemahaman karya foto kepada

para penikmatnya.

Tujuan karya foto adalah mengabadikan momen dan peristiwa

penting dalam kehidupan manusia. Pada masa yang akan datang foto-

foto ini akan sangat berguna untuk mendeskripsikan kehidupan yang

diwakilinya. Mausia yang melihatnya akan memperoleh gambaran

mengenai kehidupan yang diwakili oleh gambar itu. Satu foto mewakili

seribu bahasa dan kalimat. Salah satu keunggulan foto adalah

kesanggupannya menampilkan gambaran kehidupan manusia dengan

jujur dan penuh warna, hal ini terkadang tidak mampu diwujudkan melalui

makalah dan artikel.

Pemahaman terhadap kota-kota tua di Indonesia akan lebih mudah

diperoleh dengan melihat foto-foto kuno dari membaca banyak makalah

dan artikel tentang kota tua itu. Gambaran yang utuh mengenai sesuatu

yang tidak dikenal lebih mudah diperoleh melalui foto dari pada melalui

banyak kalimat yang berusaha menggambarkannya. Untuk memperoleh

foto yang baik diperlukan teknik memfoto yang baik dengan

memperhatikan tata cahaya yang tepat.

Makalah dan artikel bersifat subyektif, karena bagaimanapun ketika

sang penulisnya memaparkan ide dan pokok masalah, sudah pasti sangat

dipengaruhi oleh pendapat dan opininya serta rasa sikapnya terhadap

masalah yang dibicarakan. Berbeda dengan karya foto yang hanya

menampilkan objek yang difoto, betapa sukanya juru foto terhadap sebuah

objek foto, tetaplah ia menunjukkan sosok aslinya, alami dan apa adanya.

Oleh karena itu salah satu kelebihan karya foto dari dari makalah dan

artikel adalah keobjektifannya.

Makalah dan artikel bersifat jujur, tetapi karena adanya suatu

kepentingan bisa saja apa yang dianggap jujur itu dirangkai dari berbagai

kebohongan yang saling berkaitan untuk mempertegas kejujuran palsu.

Lain halnya dengan karya foto yang hanya menampilkan gambaran objek

yang difoto menurut apa adanya, karya foto mengabadikan objeknya

secara jujur dan apa adanya.

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

213

Analogi Budaya:

“Mari tumbuhkan etos kerja dan orientasi kecakapan pada diri kalian”

Amatilah kebudayan yang ada di masyarakat kalian. Cari

permasalahan yang ada kemudian buatlah makalah dengan format

penyusunan yang pernah kalian pelajari. Hasilnya coba kalian

kirimkan ke media massa pada kolom opini.

Rangkuman

.....................................................................................

1.

Materi yang menjadi bahan studi Antropoogi diantaranya:

a

.

Ethnography yaitu gambaran tentang bangsa-bangsa,

melukiskan tentang masyarakat dan kebudayaan suku-suku

bangsa.

b.

Ethnology yaitu ilmu bangsa-bangsa yang mempelajari

masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah

perkembangan kebudayaan manusia.

c.

Cultural antropology yaitu ilmu yang mempelajari

peradaban manusia dengan fokus utama pada kebudayaan.

d.

Phicycal Anthropology adalah bagian dari Antropologi yang

mempelajari sejarah terjadinya keanekaragaman manusia

berdasarkan perbedaan ciri-ciri fisik tubuh manusia.

2.

Tujuan dari studi Antropologi yaitu untuk membuat kehidupan

manusia lebih aman, tenteram, sejahtera dan modern. Tujuan

akhir dari studi Antropologi adalah mempergunakan hasil studi

tersebut untuk membuat hidup manusia lebih baik dan mudah

bila diabndingkan dengan masa-masa sebelumnya.

3.

Hasil studi Antropologi antara lain teori-teori Antropologi yang

meliputi: teori evolusi kebudayaan, teori difusi kebudayaan, teori

fungsional, teori akulturasi.

4.

Tipe studi antropologi yaitu studi kualitatif dan kuantitatif.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

214

1.

Ilmu tentang manusia disebut ....

a.

Etnografi

d.

Linguistik

b.

Etnologi

e.

Morfologi

c.

Antropologi

2.

Salah satu studi Antropologi adalah Antropologi Kebudayaan dengan

bahan kajian yang ....

a.

mempelajari peradaban manusia dengan fokus utama pada

kebudayaan

b.

meneliti kehidupan bangsa-bangsa di dunia, terutama era pra

sejarah

c.

masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah

perkembangan kebudayaan manusia

d.

mengenai sejarah terjadinya keanekaragaman manusia

berdasarkan perbedaan ciri-ciri fisik

e.

masalah persebaran penduduk dan peradaban manusia dari dari

waktu ke waktu

3.

Penyebab terjadinya kesamaan unsur-unsur kebudayaan pada

berbagai masyarakat di dunia menurut teori evolusi kebudayaan

disebabkan oleh ....

a.

manusia berkembang secara universal dengan lambat (evolusi)

dari tahapan awal kehidupan manusia yang primitf ke tahapan

berikutnya menuju tahapan akhir dari suatu evolusi

b.

kesamaan kepandaian teknologi pada dua masyarakat yang

berjauhan jaraknya karena pada masa lampau telah terjadi

penyebaran kebudayaan dari suatu masyarakat ke masyarakat

lainnya.

c.

Perubahan yang ternyata bermanfaat (fungsional) diterima

masyarakat, dan perubahan lain yang terbukti tidak bermanfaat

(disfungsional) ditolak masyarakat.

d.

proses perubahan budaya yang timbul akibat dari pertemuan dua

budaya masyarakat sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun

diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri

e.

Manusia selalu menggunakan akal pikirannya untuk memuaskan

rasa ingin tahunya dengan cara menganalisis semua peristiwa

dalam kesadarannya yang melahirkan pengetahuan

Uji Kompetensi

A. Pilihlah satu jawaban yang palig benar dengan cara

memberi tanda silang (X) pada huruf

a, b, c, d

atau

e

!

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

215

4.

Isi dari teori difusi kebudayaan menyatakan persamaan unsur-unsur

kebudayaan diberbagai masyarakat disebabkan oleh ....

a.

adanya hubungan antar masyarakat yang bersangkutan pada

masa lalu

b.

adanya perkembangan secara universal dengan lambat laun ke

tahap yang tertinggi

c.

adanya hubungan fungsional antar masyarakat dengan

kebudayaan

d.

peleburan kebudayaan dari dua kebudayaan yang berbeda

e.

oleh pertentangan-pertentangan yang terjadi di masyarakat

5.

Contoh dari kebenaran menurut paham pragmatis adalah ....

a.

“semua manusia pasti akan mati” , “Si Bulan adalah manusia

dan Si Bulan pasti akan mati”

b.

Ibukota negara kesatuan republik Indonesia adalah daerah khusus

ibukota Jakarta

c.

Menurut Saya “cinta itu adalah sesuatu yang melahirkan

penderitaan manusia”.

d.

“listrik membuat kehidupan manusia lebih baik dan lebih mudah

memenuhi kebutuhan”

e.

dari uji coba secara terus menerus yang pada akhirnya melahirkan

kebenaran universal

6.

Makna kebenaran menurut paham koherensi adalah ....

a.

makna yang dikandung suatu proposisi saling berhubungan dan

bersesuaian dengan makna proposisi lainnya

b.

kebenaran yang timbul karena pengalaman hidup manusia,

biasanya diawali dengan kata menurut saya

c.

Pernyataan yang bersifat fungsional dalam kehidupan manusia

dan manfaatnya dapat dirasakan

d.

pemecahan masalah dilakukan dengan cara memilih berbagai

kemungkinan pemecahan yang ada

e.

pernyataan yang bersesuaian dengan fakta dan apa adanya, tidak

dikurangi dan ditambahi

7.

Kebenaran spekulatif diperoleh dengan cara ....

a.

tanpa direncanakan dan perhitungan terlebih dahulu

b.

selalu melakukan uji coba dan uji coba lagi

c.

mendengarkan pendapat orang-orang terkemuka

d.

memilih berbagai kemungkinan pemecahan yang ada

e.

melakukan penelitian ilmiah dengan aturan yang ketat

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

216

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas

dan benar!

8.

Cara berpikir dari khusus ke umum, dimana kejadian, gejala dan

fenomena khusus, diteliti dan diolah untuk menghasilkan teori umum

disebut ....

a.

Berpikir induktif

b.

Berpikir deduktif

c.

Cara kuantitatif

d.

Cara kualitatif

e.

Studi Antropologi

9.

Bagian isi dari suatu makalah terdiri dari ....

a.

pendahuluan, masalah, kesimpulan

b.

kepala, pokok, dan tambahan

c.

paparan dan karya-karya foto

d.

perumusan dan pembahasan masalah

e.

bagian awal, utama dan akhir

10. Ciri-ciri artikel meliputi ....

a.

subyektif dan tanpa daftar pusataka

b.

gaya penulisan tegas, lugas dan obyektif

c.

terdiri dari serangkaian foto dokumentasi

d.

bebas dan tidak mencantumkan nama pribadi

e.

bebas berkreasi menurut opini sendiri

1.

Tuliskan beberapa masalah yang menjadi bahan kajian studi

Antropologi!

2.

Uraikanlah cara-cara memperoleh kebenaran!

3.

Tuliskan perbedaan antara cara berpikir deduktif dengan cara berpikir

induktif!

4.

Bagaimanakah cara-cara mengkomunikasikan hasil studi

Antropologi?

5.

Apakah ciri-ciri dari suatu artikel? Jelaskan!

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

217

Proyek:

“Coba kembangkan etos kerja dan produktifitas serta orientasi

kecakapan pada diri kalian”

1.

Lakukan penelitian antropologi terhadap permasalahan

kebudayaan yang ada di daerah kalian!

2.

Lakukan dengan langkah-langkah penelitian yaitu pembuatan

proposal, pengalian data, analisis data, serta kesimpulan!

3.

Hasil penelitian kalian diseminarkan di kelas sebagai bagian

dalam mengkomunikasikan studi antropologi!

Latihan Soal-soal Semester II

A. Pilihlah satu jawaban yang palig benar dengan cara

memberi tanda silang (X) pada huruf

a, b, c, d

atau

e

!

1.

Efek negatif psikologis dari suatu teknologi adalah . . . .

a.

boros

b.

selalui mengejar modernitas

c.

peningkatan SDM

d.

efisiensi

e.

egoisme

2.

Ketika orang memesan barang melalui internet dan membayarnya

dengan menggunakan rekening atas nama orang lain maka dia adalah

seorang . . . .

a.

hacker

b.

carder

c.

consumer

d.

buyer

e.

customer

3.

Kegunaan internet yang termasuk positif ekonomis,

kecuali

. . . .

a.

mengakses informasi

b.

menawarkan barang

c.

mengirim email

d.

mengadakan

teleconverence

e.

men

downloaded

gambar

4.

Tuntutan logis dari munculnya teknologi adalah . . . .

a.

gaya hidup yang semakin modern

b.

pengeluaran yang semakin modern

c.

pelapisan sosial yang semakin tegas

d.

sisi humanitas yang semakin berkualitas

e.

Individualisme semakin membudaya

5.

Salah satu alat untuk menyebarkan teknologi kepada masyarakat

dengan piranti media adalah melalui . . . .

a.

promosi

b.

iklan

c.

demo

d.

percontohan

e.

penyuluhan

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

218

6.

Penerapan teknologi yang memberikan efek positif dibawah ini adalah

. . . .

a.

kloning manusia

b.

pembuatan senjata

c.

teknologi handphone yang terus berkembang

d.

teknologi pengilangan minyak

e.

mesin ATM

7.

Perapan teknoogi yang membawa efek negatif pada kesehatan

manusia secara massal adalah . . . .

a.

program KB

b.

tes DNA

c.

SUTET

d.

proses perampingan badan

e.

suntik

8.

Berikut ini adalah salah satu teknologi dalam hal gaya hidup,

kecuali

. . . .

a.

ikut les komputer dan internet

b.

membeli handpone dengan fitur tercanggih

c.

menggunakan peralatan masak yang efisien

d.

membeli perlengkapan kantor yang paling baru

e.

mengikuti medical check-up secara rutin

9.

Dibawah ini yang termasuk studi etnografi adalah . . . .

a.

masyarakat

b.

bangsa

c.

suku bangsa

d.

perubahan budaya

e.

konflik

10. Suku bangsa yang memiliki sistem sosial dengan kekerabatan bilateral

adalah . . . .

a.

Bali

b.

Batak

c.

Irian Jaya

d.

Ambon

e.

Jawa

Latihan Soal-soal Semester II

219

11. Pemetakan bahasa lokal bertujuan untuk . . . .

a.

menemukan batas dialek bahasa lokal

b.

menentukan bahasa daerah

c.

menjadi pedoman bagi masyarakat

d.

sebagai bahasa nasional

e.

menambah pengetahuan

12. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang . . . .

a.

budaya

b.

masyarakat

c.

hukum

d.

sosial budaya

e.

adat istiadat

13. Untuk melakukan analisis budaya digunakan . . . .

a.

materi pembahasan

b.

tetori

c.

abtraksi

d.

konsep

e.

metode

14. Suatu aktivitas untuk mendapatkan pengetahuan dari alam adalah

. . . .

a.

penelitian

b.

investigasi

c.

penyidikan

d.

penalaran

e.

pemikiran

15. Masyarakat Indonesia dalam mengetahui studi antropologi dengan

cara . . . .

a.

komunikasi

b.

seminar

c.

belajar

d.

penjelasan

e.

penalaran

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

220

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas

dan benar!

1.

Bagaimana Iptek dapat menjadi perubahan budaya?

2.

Pertumbuhan Iptek di Indonesia menyebabkan dampak yang negatif.

Jelaskan dampak sebut?

3.

Bagaimaca cara melakukan studi etnograsfi?

4.

Sebutkan fungsi dari penataan bahasa?

5.

Bagaimana mengkomunikasikan studi antropologi dimasyarakat?

Latihan Soal-soal Semester II

221

Latihan Soal-soal Akhir Tahun

A. Pilihlah satu jawaban yang palig benar dengan cara

memberi tanda silang (X) pada huruf

a, b, c, d

atau

e

!

1.

Dalam menghadapi perkembangan teknologi apa saja yang harus

dipersiapkan ....

a.

biaya yang dikeluarkan

b.

kesiapan mental

c.

kemampuan diri

d.

kebutuhan hidup

e.

modernitas jaman

2.

Gaya hidup sangat berpengaruh pada pelapisan sosial karena ....

a.

menempatkan posisi sosial kita

b.

membuat hidupkita menjadi modern

c.

membuat kita diikuti oleh orang lain

d.

menjadikan kita dikagumi orang lain

e.

membentuk citra diri

3.

Sebuah teknologi dikatakan bijaksana apabila ....

a.

mengesampingkan kebutuhan manusia

b.

berakibat buruk bagi masyarakat banyak

c.

membuat segregasi di antara masyarakat

d.

menjadikan manusia malas

e.

membuat anak muda gampang terpengaruh

4.

Kebahagian manusia yang berada di luar batas kekuatan manusia

dijalankan oleh agama. Hal ini karena agama mempunyai fungsi

sebagai ...

a.

fungsi pendidikan

b.

fungsi penyelamatan

c.

fungsi transformatif

d.

fungsi integratif

e.

fungsi memupuk persaudaraan

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

222

5.

Ekspresi kebebasan berkesenian yang dimiliki para seniman hanya

tunduk pada ....

a.

pemerintah dan penguasa

b.

peraturan perundang-undangan

c.

keinginan orang banyak

d.

hati nurani sendiri

e.

kepuasan penikmat seni

6.

Hasil karya seni yang menunjukkan ketaatan kepada peraturan

perundang-undangan adalah salah perwujudan dari tanggung jawab

seniman sebagai ....

a.

anggota suatu bangsa

b.

warga masyarakat

c.

warga negara

d.

anggota keluarga

e.

panggilan hati nurani

7.

Sikap masyarakat Indonesia terhadap dampak negatif dari kegiatan

berkesenian adalah ....

a.

bersikap toleran dan memberikan seniman menggunakan

kebebasan

b.

mencegahnya dengan cara mendikte seniman dalam berkarya

c.

meniadakannya sedapat mungkin dengan cara melakukan

pembinaan

d.

menghukum sekeras dan sekejam mungkin pelakunya

e.

mendorong pemerintah mengeluarkan peraturan kegiatan

berkesenian

8. Yang termasuk unsur-unsur dalam sebuah proses komunikasi adalah

.....

a.

seorang individu yang mengetahui sebuah ide baru

b.

ide yang hendak disebarkan

c.

saluran komunikasi antara dua individu

d.

seorang individu yang tidak/belum mengetahui sebuah ide baru

e.

pemuka agama yang dapat membantu mengenalkan sebuah ide

baru

Latihan Soal-soal Akhir Tahun

223

9.

Di bawah ini adalah yang merupakan sumber komunikasi dalam

proses difusi inovasi,

kecuali

....

a.

ilmuwan

b.

penyuluh

c.

pemuka agama/pendapat

d.

pembaruan

e.

agen pembaru

10. Apa yang menjadi saluran komunikasi paling efektif untuk

menyebarkan atau menyebarkan atau mengenalkan sebuah ide baru

pada masyarakat ....

a.

koran

b.

majalah

c.

relasi pertemuan

d.

iklan

e.

promosi

11. Di bawah adalah orang yang tidak bisa membantu proses penyebaran

inovasi menjadi lebih cepat, yakni ....

a.

penyuluh

b.

ibu-ibu arisan

c.

relasi pertemanan

d.

iklan

e.

promosi

12. Yang disebut sebagai pemuka pendapat,

kecuali

....

a.

tokoh parpol

b.

kepala desa

c.

carik

d.

guru mengaji

e.

ketua RT/RW

13. Proses diffusi disebut berbeda dengan proses adopsi karena adopsi

berada pada tingkatan .....

a.

sosial

b.

individual

c.

masyarkat

d.

pertemanan

e.

relasi bisnis

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

224

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas

dan benar!

1.

Mengapa dikatakan bahwa teknologi mampu merubah kehidupan

atau kebudayaan suatu masyarakat? Berikan contohnya di sekitarmu!

2.

Bilamana teknologi dapat disebut berefek negatif dan mengapa

demikian?

3.

Bagaimana masyarakat dalam menemukan agama?

4.

Jelaskan proses masyarakat dalam menciptakan karya seni?

5.

Jelaskan cara masyarakat untuk mengkomunikasikan hasil studi

Antropologi!

Latihan Soal-soal Akhir Tahun

225

Glosarium

Agraris

. Hal yang berkaitan dengan pembudidayaan tanah atau kegiatan-kegiatan

yang berkaitan dengan pertanian. (62)

Akulturasi.

Penyerapan kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan

lama yang menyerapnya. (177, 180)

Antropologi.

Ilmu yang mempelajari manusia dengan hasil kebudayaan. (2, 170)

Antropologi budaya.

Bagian dari antropologi yang mengkaji aneka kebudayaan

manusia di muka bumi. (179, 180)

Antropologi fisik.

Cabang antropologi yang khusus mempelajari manusia dari

sudut jasmani (fisik). (181)

Antropologi linguistik.

Cabang antropologi budaya yang mempelajari hahasa-

bahasa berbagai suku bangsa di dunia. (182)

Antropometri.

Ilmu yang mempelajari tentang teknik pengukuran tubuh manusia.

(183)

Arkeologi.

Ilmu yang mempelajari kebudayaan sebelum manusia mengenal

tulisan, termasuk perkembangan dan penyebaran kebudayaan. (185)

Asimilasi.

Proses bertemunya dua atau lebih kebudayaan yang saling

berinteraksi, kemudian masing-masing kebudayaan melebur dan membentuk

kebudayaan baru. (177)

Cultural activities.

Kegiatan kebudayaan yang dimiliki/dilakukan oleh masyarakat

setempat. (86)

Cultural log.

Ketimpangan budaya. (123)

Custom.

Tata kelakuan yang kekal, serta kuatnya kesatuan/integrasi dengan pola

perilaku masyarakat dapat meningkat menjadi adat istiadat. (125)

Deduktif.

Penjalasan dari sifat-sifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang

bersifat khusus. (201)

Demonstration effect.

Pola hidup yang menampakkan penampilan yang tidak

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya demi memperoleh gengsi. (101)

Dialek.

Variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakaiannya. (143)

Diffusi.

Penyebaran atau pembesaran sesuatu (kebudayaan, teknologi, atau ide

dari pihak yang satu ke pihak yang lain. (97, 176, 101)

Dinamis.

Bersifat aktif bergerak dan berubah. (95)

Dinamisme.

Kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau

kekuaran yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia

dalam mempertahankan hidup.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

226

Disintegrasi.

Pecahnya persatuan dan kesatuan dalam masyarakat/kelompok

atau negara. (95)

Disorganisasi.

Keretakan sistem masyarakat karena unsur-unsur di dalamnya

yang tidak berfungsi lagi. (119)

Empati.

Proses psikologis melalui perasaan yang begitu mendalam oleh seseorang

terhadap orang lain, sehingga orang yang berempati seolah-olah dapat merasakan

apa yang orang lain rasakan. (177)

Empiris.

Sifat suatu ilmu yang mendasarkan diri pada observasi dan akal sehat,

yang hasilnya tidak bersifat spekulatif, tetapi pada kenyataan di lapangan. (192)

Enkulturasi.

Pembudayaan.

Etnografi.

Gambaran kehidupan dan kebudayaan yang mengenai suku bangsa

tertentu. (135, 189)

Etnologi.

Cabang antropologi budaya yang mempelajari bangsa-bangsa di dunia,

meliputi pola tingkah laku, adat istiadat, agama, dan sebagainya. (189)

Etnosentrisme.

Sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan

kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang

merendahkan masyarakat dan kebudayaan lain.

Hipotesis.

Kesimpulan sementara yang kebenarannya harus dibuktikan terlebih

dahulu. (186)

Ilmiah.

Memenuhi syarat ilmu pengetahuan. (192)

Informan.

Orang yang memberi informasi atau orang yang menjadi sumber

data dalam penelitian.

Inovasi.

Cara adaptasi di mana perilaku seseorang mengikuti tujuan yang

ditentukan oleh masyarakat. (95, 97, 98, 104, 106)

Institusionalisasi.

Proses pelembagaan nilai-nilai dalam masyarakat. (19)

Integrasi.

Pemhauran hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. (192)

Komunikasi.

Hubungan antara manusia melalui bahasa verbal maupun non-

verbal. (13, 91)

Kumulatif.

Pembentukan teori baru berdasarkan pada teori yang sudah ada

sebelumnya. (177)

Like interest.

Kepentingan-kepentingan yang serupa/sama yang ada dalam

masyarakat. (70)

Linguistik.

Ilmu tentang bahasa, telaah bahasa secara ilmiah.

Masyarakat.

Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem,

adat istiadat tertentu. (21)

Matrilineal.

Sistem kemasyarakatan berdasarkan garis keturunan ibu. (144)

Metode.

Cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu

yang bersangkutan. (171)

Glosarium

227

Metode kualitatif.

Metode penelitian yang berupa deskripsi hasil penelitian

berdasarkan penilaian-penilaian terhadap data yang diperoleh.

Metode kuantitatif.

Metode penelitian dengan analisis data yang berupa angka-

angka atau gejala-gejala yang diukur melalui uji statistik.

Mite.

Cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu,

mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam dan manusia,

mengandung arti mendalam yang diungkap dengan cara gaib.

Mistik.

Hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia biasa.

Mode/fashion.

Perhuatan meniru sesuatu yang dianggap terbaru untuk menjadi

gaya hidup. (5)

Nonetis

. Tidak mempersoalkan baik atau buruk dari suatu fakta, tetapi hanya

menjelaskan fakta tersebut. (46)

Norma.

Aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam

masyarakat yang digunakan sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah

laku yang sesuai.

Objektivitas.

Sikap tidak terpengaruh oleh pendapat dan pertimbangan prihadi

atu golongan tertentu. (127)

Observasi partisipan.

Penelitian yang menggunakan cara pengamatan terlihat

dengan objek kajiannya. (122)

Patrilineal.

Sistem kemasyarakatan berdasarkan garis keturunan dari ayah. (150)

Ritual.

Sesuatu hal yang berkaitan dengan upacara keagamaan.

Somatologi.

Cabang antropologi yang mempelajari terjadinya beragam manusia

dari segi ciri-ciri fisiknya. (181)

Sosialisasi represif

. Penanaman nilai dan norma pada tahap pertama dan utama

yang dijalani oleh seorang anak. (204)

Sosialisasi sekunder.

Proses penanaman nilai dan norma pada tahap berikutnya

yang memperkenalkan pada anak hal-hal di luar dari lingkungan keluarganya.

(205)

Segregasi.

Upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara

pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka mengurangi ketegangan. (106)

Sinkretisme.

Paham (aliran) baru, yaitu perpaduan dari beberapa paham (aliran)

yang berbeda untuk mencari keserasian dan keseimbangan.

Sosialisasi.

Proses mengakomodasikan kebudayaan kepada warga masyarakat

yang baru.

Simpati.

Proses psikologis melalui perasaan dari seseorang yang merasa tertarik

dengan orang atau kelompok lain. (66)

Stupor.

Kondisi seperti orang idiot/dungu, diam, dan tidak bereaksi. Biasanya

akibat pengaruh narkoba. (63)

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

228

Sugesti.

Penerimaan pengaruh dan rangsangan dari orang lain tanpa berpikir

lagi secara rasional. (55)

Syaman.

Dukun, tukang sihir.

Teoretis.

Hasil observasi yang disusun secara logis dan bertujuan menjelaskan

hubungan sebab-akibat. (40)

Toleransi.

Sikap saling menghargai dan menghormati pendirian masing-masing

pihak. (55)

Totem.

Benda atau binatang yang dianggap suci dan dipuja.

Tradisional.

Sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh

pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun. (10)

Trait complexes.

Alat-alat yang rnelengkapi kegiatan kebudayaan. (33)

Trance.

Peristiwa kerasukan roh ketika melakukan tarian adat upacara

keagamaan.

Universal culture.

Kebudayaan semesta yang dapat diterima di mana-mana.

(176)

Urbanisasi.

Proses yang terjadi apabila sejumlah besar orang meninggalkan

daerah-daerah pertanian pedesaan berpindah dan mendirikan tempat-tempat

tinggal ke wilayah-wilayah, perkotaan dalam suatu negara. (189)

Glosarium

229

Bouman, P.J. 1982.

Sosiologi Fundamental.

Jakarta: Djambatan.

Clifford Geerts. 1983.

Abangun, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa,

Pustaka Jaya.

Jakarta.

_______. 1992.

Kebudayaan dan Agama.

Jakarta: Penerbit Kanisius.

Daldjuni. 1984.

Seluk Beluk Masyarakat Kota.

Bandung: Alumni.

Daniel L Pals. 2001.

Seven Theories of Religion.

Yogyakarta: Penerbit Qalam.

Edi Sedyawati. 2006.

Budaya Indonesia, Kegiatan Arkeolog, Seni dan Sejarah.

Jakarta: PT Raya Grafindo Persada.

Elizabeth K. Nottingham. 1977.

Agama dan Masyarakat (Suatu Pengantar

Sosiologi Agama)

. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Encarta Encyclopedia.

CD Room.

Esther Kuntjara. 2006.

Penelitian Kebudayaan sebuah Panduan Praktis.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Harimurti Kridalaksana dan Hermina Butami. 2005.

“Aksara dan Ejaan”

dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik ed.

Kushartanti.

Jakarta: PT Gramedia.

Haviland. Wiliam A. 1999.

Antropologi

. Jakarta: Erlangga.

Hendropuspito. 1989.

Sosiologi Agama.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1999.

Sosiologi l,

Jakarta: Erlangga.

Holidaying Asia. CD Room

Hutchinson Encylopedia. CD Room

Insigh Guide Indonesia.

Indonesia Untaian Mutiara Mutu Manikam.

Indonesian Heritage. 2002.

Seni Pertunjukan

. Jakarta: Buku Antar Bangsa

untuk Grolier International, Inc.

Jakarta dalam Dinamika Penataan Kota.

1987-1992.

Daftar Pustaka

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

230

Korten, David C. 1985.

Pembangunan yang Memihak Rakyat.

Jakarta:

Lembaga Studi Pembangunan.

Koentjaraningrat. 1985.

Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan.

Jakarta:

Gramedia.

Koentjaraningrat. 1990.

Pengantar Ilmu Antropologi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 1999.

Pengantar Ilmu Antropologi.

Jakarta: Aksara Baru.

_______. 1992.

Sejarah Tepri Antropologi.

Jakarta: UI Press.

1984.

Manusia dan Kebudayaan Indonesia.

Jakarta: Djambatan.

1985.

Pengantar Ilmu Antropologi.

Jakarta: Aksara Baru.

1982.

Masalah-Masalah Pembangunan: Bunga RampaiAntropologi Terapan.

Jakarta: LP3ES.

Kehidupan Purba,

Jakarta: Tiara Pustaka.

Kartasaputra, Kreimers. 1986.

Sosiologi Umum.

Jakarta: Bumi Aksara.

Lundberg, George A. 1954.

Sociology.

New York: Harper & Brothers.

Mansyur, Cholil

M. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa.

Surabaya: Usaha

Nasional.

Menno S., Mustawin Alwi. 1994.

Antropologi Perkotaan.

Jakarta: Raja

Grafindo Persada. Media Indonesia.

Koran.

Nasution, S: 1983.

Sosiologi Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, Adham. 1983.

Sosiologi.

Bandung: Alumni.

Peter L Berger. 1994.

Langit Suci (Agama sebagai Realitas Sosial)

. Jakarta:

LP3ES.

Polak, Mayor.

1979. Sosiologi ,Suatu Buku Pengantar Ringkas.

Bandung:

Bina Cipta.

Ralph Scroder. 2002.

Max Weber tentang Hegemoni Sistem Kepercayaan

.

Jakarta: LP3ES.

Roucek dan Warren. 1984.

Pengantar Sosiologi.

Jakarta: Bina Aksara.

Saputra M, Nat.i. 1981.

Pengantar Sosiologi.

Yogyakarta: Multi Aksara.

Daftar Pustaka

231

Salim, Emil. 1984.

Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan.

Jakarta: Idayu.

Sibarani, Robert. 1992.

Hakikat Bahasa.

Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Suhardi B dan Cornelius Sumbiring B. 2005.

“Aspek Sosial Bahasa dalam

Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, ed. Hartanti.

Jakarta: PT Gramedia.

Sunarto, Kamanto. 1993.

PengantarSosiologi.

Jakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 1981.

Memperkenalkan Sosiologi.

Jakarta: Rajawali.

1982.

Sosiologi Suatu Pengantar.

Jakarta: Rajawali.

Syani, Abdul. 1987.

Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial.

Jakarta: Fajar

Agung.

Tempo.

CD.

The World Book Encyclopedia.

Warta Ekonomi

. Majalah.

William A. Haviland. 1999.

Antropologi Jilid 2 Edisi keempat. (R.G.

Soekadijo, Trans).

Jakarta: Penerbit Erlangga (Buku asli diterbitkan

1985)

Zen, M.T. 1980.

Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup.

Jakarta: Gramedia.

Zulyani Hidayah. 1999.

Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia.

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

232

Indeks

A

adi kodrati 14

adopsinya 102

adoption stage 108

affilations, Cross-cutting 140

agama 9, 38, 39, 44, 72

agen pembaru 101

agraris 62

ahli 10

akhlak 60

akrobatik 145

aksesoris 16

akulturasi 177, 180

alami 187

alui 143

analisis 117

analitis, sifat 181

anarkhis 21

angket 186, 194

anima 50

animisme 40, 46, 50, 58

antecedents 107

antropologi 2, 170

antropologis 92

artefak 86

artikel 192

asilulu 140

asisten 186

asmat 189

awareness stage 108

B

baileu 142

batih 141

batukau 146

berburu 4, 49, 86

berkesenian 20

berkreasi 19

berpikir 181

bertani 86

bgu 138

biksu Budha 44

birokrat 63

bugis 139

bukan 181

bulletin 190

buton 139

C

cakrawala 124

contented 27

cultural universal 84

culture Lag 123

D

dangdut 12

dialek 143

daya sakral 52

deduktif 188

deskripsi 174

deskriptif 187

dewa 42

dewa penghubi 7

diatonik 12

difusi 97, 176

dinamisme, 46

disenchantment 113

diskontinuitas 113

doa 64

doktrin 44

dolmen 8

dominan 3

dongeng 22

E

ekonomi 106

eksplanasi 174

eksplisit 70

ekspresi 21, 19

elektronik, media 190

elemen 100

elite, Golongan 64

emosi 64

emosional 39

Indeks

233

empirik, data 186

esensi 116

estetis 3

ethnologi 189

etika 121

etis 63

etnograf 136

etnografi 135, 189

etnomusikologi 13

evaluasi 110

evaluation stage 108

evolusi, Teori 171

F

fenomena sosial 45

fenomenal 11

fetisyisme 40

foto, karya 192

fungsi edukatif 12

fungsi religius 12

fungsional 3, 180

G

gadang, rumah 179

gaib 59

gapura hias 6

gaya Hidup 95

gelap, kawasan 60

generalisasi 187

group, ethnic 135

H

halamannya 179

harmoni 13

haruku 140

hatu 140

hijau, Kawasan 60

hila 140

hinduisme 48

hipotesa 174, 175

hipotesis 186

hitu 139

holistik 136

I

ideology 42

iglo 87

Ilahi, Pengaruh 67

ilmia, karya 192

ilmu gaib 10

ilmu pengetahuan 84

imajinatif 2

Iman 59

iman 59

implisit 70

inderawi 64

inderawi, tenaga 71

Induktif 187

induktif 187

Informasi 191

inong 23

inovasi 95, 97, 98, 104, 106

inovator 113

instansi 59

Integrasi 192

integritas 179

intelectiva, anima 181

interaksi 94, 100, 103

Interest stage 108

internet 88, 184

interpersonal 100

interview 188

introvent 115

intuisi 19

iptek 85, 88

irama 2

irigasi 140

irrasional 62

isolasi 139

J

Jawa Kuna 10

Jawa-Majapahit 146

joglo, rumah 179

K

kabar, surat 190

kalamakara 25

kaligrafi 7

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

234

kapitalisme 64

kapitan 141

karabela, Padang 145

karya 192

karya prosa 10

karya seni 21, 25

karyawan 63

katalogus 2

keagamaan 43

kebudayaa 2

kebudayaan 2, 3

kebudayaan india 7

kebudayaan, memajukan 192

kebudayaan, tradisi 135

kecil, pedagang 62

kejenuhan 3

kelangkaan' 64

kenya 139

kepercayaan 39, 58

kerja, etos 64

keroncong 12

kesenian 3

ketoprak 14

kewang 141

keyakinan 49

kinnara 7, 25

klimatologis 61

koentjaraningra 171

koentjaraningrat

3, 43, 87, 135, 172

kognitif 64, 71

kolonialisme 171

kompleks 104

komputer 184

komputerisasi 90

komunikasi 12

konfusianisme 48, 63

kong hu cu 48

kongkrit 179

konservatif 27

konsistensi 70

konstan 176

kontan 179

kontemporer 117

kontrasepsi 97

kosmopolit 105

kosmos 62

kritik sosial 16

kualitatif, studi 186

kuantitatif, penelitian 186

kubur batu 8

kuesioner 194

L

lapa 143

latent 117

legenda 22

lembaga 70

lenong 14

liberal 27

logika 111, 181

ludruk 14

lukisan 26

M

magis 39, 42

magisme 40

mahabharata 9

makalah 192

makalah 192

makasar 139

makhluk sosial 20

maluku 140

marinyo 141

martabatnya 181

masyarakat 21

matrilineal 144

megalithikum 8

megalitik 6

megalitikum muda 8

melodi 13

mendatangkan 182

mengatur, maha 183

mengetahui 108

menhir 8

meramu 4, 49

merjan 138

metode 171

mitologi 52

mitos 22

Indeks

235

mobile phone 120

moderat 27

modern 4

modernitas 104, 106

moksa 148

monoteisme 46

monotheisme 53

monumen 6

moralitas 65

morse 119

motivasi 44

musik diatonik 12

N

nagari 144

naluriah 39

nilai 68

non ekonomis 89

non empiris. 45

norma 101

novel 10

nusalaut 140

O

oktaf 13

omzet 95

opini 27

otoritas 42

P

padma 7

padma teratai 25

paruik 144

pasisie 143

percetakan 184

personifikasi 53

persuasi 109

pesantren, pondok 70

petani, golongan 61

petani gurem 103

pluralitas 140

pola-pola organisasi 86

politeisme 46

posisi sosial 96

postmodernisasi 14

prasejarah 11

primitif 50, 53, 59

profetis 63

prosa 10

protestan 64

protestanisme 64

psikologis 61

puisi 10

punden berundak 8

putih, kawasan 59

R

radikal 27, 60

radio 184

raja, bapa 141

ramayana 9

rasio 60

rasional 49, 62

rasionalitas 42, 105

reaksioner 27

realisme 22

reinkarnasi 50

relatif 101

relief 6, 23

relief mesjid 23

religi 40

religi, sistem 139

religius 22, 62

replacement 113

resistensi 110

ritme 61

rohani 72

rupa dua 4

S

saba 143

saparua 139, 140

saparuik 144

sarchovagus 8

sejarah 3

semihistori 22

seni 16, 22

seni lukis 4

seni drama 3

seni kaligrafi 23

seni kontemporer 15, 25

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

236

seni kriya 2

seni musik 3, 32

seni pertunjukan 3

seni rupa 3, 4

seni sandiwara 3

seni sastra 2, 9

seni tari 14

seni teater (drama) 14

seni tradisional 15

seniman 20

sepro 139

seram 139

simbolisme langit 47

sinetron 179

sinkretisme 54

sistem keyakinan 43

sistem religi 14

sistem ritus 44

sistem sosial 45, 102

situasional 27

solidaritas sosial 19

sosial, kelompok 135

sosial, kontrol 175

sosial, mobilitas 180

sosial, nilai 68

sosial, penelitian 190

sosial, sistem 136

sosialisasi 190, 191

spencer 39

spiritual 51

status quo 27

stereotip 118

stimulus 27, 106

stimulus sosial 27

stratifikasi 174, 180

stratifikasi sosial 93

studi, tipe 194

suku bangsa 9, 49

supernatural 23

supra empiris 40

surga 64

swastika 7

T

taba 143

tabu 72

tabuik 145

takhayu 182

takuik 143

tanah, tuan 141

tantrisme 9

taurat 44

teater 15

teduh 139

teknologi 42, 70, 84

teknologi komunikasi 12

temanya 10

teori 173

teori evolusi 40

teoritis, landasan 194

ternate 140

tidore 140

tnikenya 139

tonalitas 13

toneel 12

topografi 87

totemisme 52

tradisi 9

tradisi megalitik 6

tradisional 10

tradisionalitas 106

transedental 40

transportasi 173

trial stage 108

trial stage 108

trimurti 148

tuman 140

U

umat agama 44

universal 176

upacara 44

upacara sakral 51

utrokal 138

V

variabel 174, 186

vulkanologi 42

W

wakasihu 140

waktu 101

Indeks

237

wayang beber 7

wayang golek 7

wayang kulit 7

Y

yahudi 44

yudaisme 48

Z

zaman batu 7

zaman Hindu-Budha 5

zaman Islam 5

zaman Megalithikum Tua 8

zending 139

Indeks Pengarang

A. Lawrence Lowell 28

Chris Baker 26

Clifford Geerts 44

Copernicus 184

EB. Taylor 41

Edi Sedyawati 4, 10

Edison 184

F. Toennies 107

Haviland 2

Hendropuspito 45

Hidayah, Zulyani 23, 135, 136, 140

J.M. Melalatoa 144, 163

J. Milton Yinger 41

Koentjaraningrat 3, 43, 87, 135, 171, 172

Lemthold 118

Max Heirich 67

Max Weber 42, 64

Thomas F.O Dhea 41

William A. Haviland 2, 6, 13

Yandianto 10

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

238

Kunci Jawaban Antropologi Kontekstual XII SMA/MA

Uji Kompetensi Bab I

A. 1. b

3. b

5. c

7. a

9. a

B. 1. Bahwa kesenian yang diciptakan oleh masyarakat yang merefleksikan

nilai-nilai budayanya

2. Bahwa setiap seni pertunjukkan yang di lakukan oleh masyarakat seni

selalu mencerminkan kehidupan religinya.

Uji Kompetensi Bab II

A. 2. c

4. e

6. b

8. a

10. d

B. 1. Pendayagunaan sarana-sarana supra empiris untuk maksud non empiris

5. Orang kejawen yang melakukan ritual

Uji Kompetensi Bab III

A. 1. c

3. c

5. b

7. b

9. e

B. 1. Perilaku agama akan dijadikan pedoman untuk tidak berbuat diluar

aturan agamanya

5. Bahwa agama akan menjaga kehidupan masyarakat secara umum dengan

ikatan nilai dan normanya

Latihan Semester Gasal

A. 3. a

5. b

9. a

11. c

15. c

B. 1. Keinginan untuk hidup selamat didunia dan di akherat

5. Adanya pengaruh tari terhadap kehidupan masyarakat

Uji Kompetensi Bab IV

A. 1. b

3. a

5. c

7. a

9. c

1. Karena iptek sebagai pusat munculnya modernisasi di masyarakat.

4. -

Nuklir

-

SUTET

-

Sinyal HP

Uji Kompetensi Bab V

A. 2. e

4. b

6. a

8. c

10. d

B. 1. -

Study suku bangsa

-

Study bahasa daerah

2. Untuk mengetahui sistem kebudayaan dari suku bangsa

Kunci

239

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

240

Uji Kompetensi BAB VI

A. 1. a

3. a

4. d

8. a

10. b

B. 1. Masalah budaya, masalah Etnografi, dan masalah bahasa

2. Gaya penulisan tegas, lugas, dan objektif

Latihan Semester genap

A. 1. a

3. b

5. b

8. b

12. a

15. a

B. 1. Melakukan pemahaman terhadap suku bangsa

5. Dengan cara seminar dengan penjelasan mendetail

Latihan Akhir Tahun

A. 1. b

3. b

5. b

9. c

13. b

17. a

19. d

B. 1. Karena teknologi mendorong masyarakat untuk ikut tujuan dicpitakan

tehnologi tersebut Ct: HP

5. Menggunakan makalah, artikel, dan Foto.

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

241

Catatan:

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

Antropologi Kontekstual XII SMA/MA Program Bahasa

242

Catatan:

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................

........................................................................................................